Parlemen Kanada Tolak Upaya Lepaskan Diri dari Kerajaan Inggris

Diana Mariska Suara.Com
Kamis, 27 Oktober 2022 | 09:17 WIB
Parlemen Kanada Tolak Upaya Lepaskan Diri dari Kerajaan Inggris
Ilustrasi bendera Kanada. (Pexels.com/Daniel Joseph Petty)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mayoritas anggota Dewan Rakyat Kanada menolak upaya yang diinisiasi agar negara itu tidak lagi menjadi bagian dari monarki Kerajaan Inggris, dengan selisih suara yang sangat signifikan.

Mosi mengenai pelepasan diri Kanada dari Inggris itu diajukan oleh partai oposisi Bloc Quebecois, dan dalam penghitungan suara di Dewan Rakyat atau House of Commons pada hari Rabu (26/10), 266 suara menentang gagasan itu, sementara hanya 44 suara yang menyatakan dukungan.

Menurut Al Jazeera, upaya itu sebenarnya tidak memiliki peluang yang besar untuk dapat berhasil karena akan membutuhkan persetujuan dari kedua majelis parlemen, yaitu Dewan Rakyat dan Senat, serta semua provinsinya untuk bisa memisahkan diri dari monarki Inggris.

Namun, pemimpin Bloc Quebecois, Yves-Francois Blanchet, mengatakan pada awal pekan ini bahwa kematian Ratu Elizabeth II pada September lalu membuka kesempatan bagi warga Kanada untuk "membebaskan diri" dari kerajaan, yang ia gambarkan dalam sebuah pernyataan sebagai sebuah institusi yang "usang".

“[Monarki] adalah sebuah anakronisme [atau ketidakcocokan dengan zaman tertentu], [seperti] lapisan cat di ruang tamu yang mulai memudar di sudut-sudutnya,” ujar Blanchet pada Selasa, menjelang debat mosi yang diajukan partainya.

Gagasan untuk melepaskan diri dari Inggris muncul di tengah perdebatan beberapa negara anggota Persemakmuran, terutama di wilayah Kepulauan Karibia, mengenai peran monarki di masa mendatang pasca meninggalnya Ratu Elizabeth II.

Perdana Menteri Antigua dan Barbuda mengatakan bulan lalu bahwa negara kepulauan itu berencana untuk mengadakan referendum mengenai masalah ini dalam tiga tahun ke depan, sementara percakapan serupa juga berkembang di Jamaika.

Sementara itu, pada November tahun lalu, Barbados telah mengumumkan bahwa negara itu akan keluar dari monarki Inggris dan menjadi republik.

Pada Selasa, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menolak desakan Bloc Quebecois dan mengatakan bahwa Partai Liberal yang menaunginya akan berfokus pada masalah-masalah yang lebih mendesak.

“Warga Kanada khawatir dengan masalah yang mereka hadapi, baik terkait perubahan iklim, ketidakstabilan global, atau biaya hidup. Dan itulah yang akan kami didiskusikan,” kata PM Trudeau.

Sebuah jajak pendapat Ipsos yang dirilis pada September menunjukkan bahwa penduduk Kanada memiliki pandangan berbeda terkait peran monarki di negara itu di masa depan.

Polling tersebut menunjukkan bahwa 54 persen warga mengatakan mereka setuju bahwa Kanada harus “mengakhiri hubungan formalnya dengan monarki Inggris” setelah kematian sang ratu, sementara 46 persen menyatakan tidak setuju.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI