Suara.com - Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo meminta pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait penghentian penggunaan obat sirup mengandung etilen glikol yang melebihi ambang batas karena menjadi pemicu gagal ginjal akut pada anak.
Rahmad menegaskan sosialisasi itu perlu dilakukan supaya informasi yang diterima masyarakat tidak simpang siur.
"Jangan sampai masyarakat mendapat informasi simpang siur sehingga timbul kepanikan," kata Rahmad dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Selain itu, pemerintah juga diminta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara mengatasi penyakit lain yang diderita anak-anak, yaitu batuk dan demam, tanpa harus memberi obat cair atau sirup.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sri Prahastuti menegaskan Pemerintah mempercepat penanganan kasus gagal ginjal akut pada anak.
Beberapa langkah telah disiapkan, bahkan sudah berjalan seperti penguatan sosialisasi kepada keluarga dan tindakan kuratif seperti pemberian antidotum (penawar racun).
Menurut Brian, Pemerintah telah membeli antidotum Fomepizole dari Singapura dan Australia dalam jumlah besar.
Dalam penanganan kasus yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien yang mendapatkan terapi antidotum menunjukkan perbaikan signifikan.
Pemerintah juga memperkuat surveilans untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Melalui surveilans, maka akan diketahui akurasi dan keterpaduan data terkait kasus gangguan ginjal. Sehingga, kebijakan penanganan yang dirumuskan berbasis bukti serta memberikan rasa aman dan perlindungan kepada masyarakat.
Baca Juga: Anggota DPR Minta Pemerintah Tingkatkan Sosialisasi Obat Sirop Anak: Jangan Sampai Timbuk Kepanikan
"Kami melihat masih ada potensi banyak kasus yang belum terdata dengan baik. Agar ini tidak menjadi fenomena gunung es, maka kegiatan surveilans diperkuat," jelas Brian.