Suara.com - Seorang bocah berusia 10 tahun yang merupakan korban tragedi Kanjuruhan akhirnya diizinkan pulang setelah 24 hari menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Kota Malang, Jawa Timur.
Bocah bernama M Afrizal itu diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Meski demikian, Afrizal tetap masih harus melakukan rawat jalan atas luka yang dideritanya akibat peristiwa di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
"Dari dokter yang merawat sudah diperkenankan untuk pulang. Semoga dalam perawatan di rumah lebih sehat dan bisa pulih," kata Wakil Direktur Pelayanan Penunjang RSUD Saiful Anwar dr. Widodo Budi Prasetyo.
Dalam kesempatan ini, spesialis bedah plastik yang merawat Afrizal, dr. Yudi Siswato menjelaskan, kondisi bocah itu sudah membaik dan stabil. Ini membuat tim dokter memutuskan agar pasien melanjutkan perawatan di rumah dan rawat jalan.
Baca Juga: Ramai Desakan KLB PSSI, Begini Sikap RANS Nusantara FC
Yudi menceritakan bahwa Afrizal sudah dirawat di RSUD Saiful Anwar selama 24 hari. Bocah itu juga sempat dirawat intensif di Unit Perawatan Intensif (ICU) selama tujuh hari.
Kondisi Afrizal sendiri cukup memprihatinkan saat pertama masuk ruma sakit karena mengalami penurunan kesadaran. Beruntung kondisinya membaik selama dirawat di ICU sehingga bisa dipindahkan ke ruangan lain.
"Perawatan di ICU kurang lebih tujuh hari. Pada waktu datang pasien dengan penurunan kesadaran. Tapi, selama perawatan di ICU secara bertahap kondisinya membaik dan sadar penuh 100 persen," tambahnya.
Yudi melanjutkan, selama dirawat di rumah sakit tersebut, pasien juga telah menjalani operasi sebanyak lima kali pada luka di bagian paha pasien. Salah satu tindakan operasi yang dilakukan tersebut adalah operasi penanaman kulit.
"Selama perawatan 24 hari sudah menjalani operasi sebanyak 5 kali, salah satunya operasi penanaman kulit dan hasilnya bagus. Berhasil 100 persen," katanya.
Baca Juga: Kantor Asprov PSSI Jabar Ditutup dengan Spanduk Bertuliskan Sarang Pecundang
Sementara itu, spesialis anak dr Ery Olivianto menambahkan, pasien pada saat masuk ke rumah sakit sempat menderita trauma di paru-paru. Namun, kondisi pasien terus membaik dan akhirnya sudah dalam kondisi normal.
Pasien juga disebut sempat mengalami stress pascatrauma. Mengenai hal itu, pihak rumah sakit juga telah memberikan konsultasi psikologi kepada Afrizal.
"Secara umum kondisi paru-parunya sudah normal tidak membutuhkan operasi, observasi saja sudah membaik. Juga pernah mengalami stress pascatrauma dan sudah kita konsultasikan dengan bagian psikiatri, sudah melakukan pengobatan dan sangat membaik," jelas dr Ery.
Sebagai informasi, tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa paling kelam sepanjang sejarah sepak bola di Indonesia. Pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya itu berakhir pada kekalahan tim tuan rumah dengan skor 2-3.
Pasca pertandingan selesai, terjadi kekacauan di Stadion Kanjuruhan setelah polisi menembakkan gas air mata. Tembakan gas air mata itu membuat para suporter di stadion panik dan berusaha keluar.
Situasi ini membuat 135 orang meninggal dunia akibat terluka karena terinjak-injak hingga kehabisan napas di tengah kekacauan. [ANTARA]