Amazon Targetkan Operasional Bisnis Gunakan Energi Terbarukan di 2025

Selasa, 25 Oktober 2022 | 08:57 WIB
Amazon Targetkan Operasional Bisnis Gunakan Energi Terbarukan di 2025
Amazon menargetkan operasional bisnis dengan energi terbarukan di 2025. (Dok: MIND ID)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian BUMN melaksanakan kegiatan SOE International Conference, sebagai komitmen pemerintah untuk mendukung implementasi aspek Environment, Social, and Governance (ESG) dan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di sektor kesehatan, inklusi keuangan, transformasi digital, dan transisi energi.

Kegiatan ini menghadirkan investor dan narasumber yang akan berbicara dalam panel diskusi. Salah satunya adalah APAC Head of Energy and Environment Policy for Amazon Web Services (AWS) di Asia Pasifik dan Jepang, Ken Haig, yang membawakan tema "Energy Transition and Green Development for Sustainable Growth".

Dia menjelaskan,Amazon berkomitmen dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Untuk itu, pada 2019 Amazon mendirikan The Climate Pledge, yang merupakan wujud komitmen dalam mencapai emisi net zero di bisnis pada 2040.

“Sebagai bagian dari The Climate Pledge, kami juga menargetkan untuk menjalankan semua operasi kami dengan menggunakan 100 persen energi terbarukan pada 2025. Kami akan dengan senang hati membantu Indonesia untuk membuat harga energi terbarukan menjadi lebih terjangkau,” jelas Ken, dalam SOE International Conference, di Nusa Dua, Bali.

Baca Juga: Satu Juta Kebaikan dari Tanah Maluku, MIND ID dan PPAD Berkolaborasi untuk Indonesia

Menurutnya, bisnis komputasi Amazon ini juga berkomitmen untuk mendorong net zero emission, bahkan lebih cepat sepuluh tahun dari target di Paris Agreement, yakni menjadi tahun 2040.

"Kami ingin mencapai karbon bersih pada 2040 dan kami juga mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama," katanya.

Menurut Ken, dalam dua tahun terakhir ini AWS sudah bekerja sama dengan 300 perusahaan dari 50 industri berbeda di seluruh dunia, dan lebih dari 30 negara di seluruh dunia menetapkan tujuan yang sama demi mencapai emisi rendah karbon. Ia pun  menegaskan pentingnya kolaborasi untuk mengurangi emisi karbon.

"Kami rasa, semua harus bekerja untuk mencapainya secara kolaboratif. Posisi kami sebagai konsumen energi, tetapi atas nama pelanggan, kami siap membantu berinvestasi dalam teknologi dekarbonisasi untuk jaringan listrik, termasuk di negara tempat kami bekerja," tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian BUMN mendorong proses dekarbonisasi, proses penggantian bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, sebagai salah satu cara dalam melakukan transisi energi, menjadi lompatan besar bagi BUMN untuk bisa merealisasikan ketahanan dan kemandirian energi.

Baca Juga: SOE International Conference & Expo, Kementerian BUMN Dorong Pertamina Lanjutkan 8 Inisiatif Strategis Transisi Energi

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, melonjaknya harga minyak dunia menjadi salah satu alasan untuk tidak menunda transisi energi. BUMN harus mulai mengembangkan sumber energi bersih dibandingkan membangun pembangkit listrik tenaga fosil.

“Transisi energi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari karena Indonesia sudah menetapkan target mencapai emisi net zero pada 2060 dan pengurangan emisi 32 persen pada 2030. Banyak cara yang dapat dilakukan BUMN dalam melakukan dekarbonisasi, salah satunya bersinergi dengan sejumlah pihak. Bagaimana BUMN mengembangkan portofolio untuk mengurangi emisi karbon, bisa secara individu atau sinergi dengan ekosistem BUMN,” ujar Pahala.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI