Memahami Filosofi Kata Santri dalam Perayaan Hari Santri Nasional 2022

Rifan Aditya Suara.Com
Sabtu, 22 Oktober 2022 | 10:14 WIB
Memahami Filosofi Kata Santri dalam Perayaan Hari Santri Nasional 2022
Memahami Filosofi Kata Santri dalam Perayaan Hari Santri Nasional 2022 - Ilustrasi santri (pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memahami filosofi kata santri di tengah perayaan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022 adalah sebuah keharusan. Kata santri di Indonesia sudah terkenal sejak abad ke-14. Hal itu muncul ketika Islam berkembang secara masif di Indonesia.

Filosofi kata santri berasal dari cantrik yang berarti orang yang belajar agama di tempat tertentu. Di sisi lain, tempat yang digunakan santri untuk belajar disebut pesantren yang memiliki tiga komponen, kiai (kepala biara), masjid, dan santri.

Santri sebagai salah satu komponen pesantren, telah memainkan peran mendasar bagi perkembangan peradaban di Indonesia. Kontribusi mereka melalui pendidikan dan otonomi di setiap dimensi, misalnya dalam perdagangan, pertanian, dan agribisnis, ditetapkan sebagai contoh di masyarakat.

Namun, keberadaan pesantren dan santri di beberapa daerah tidak menghapus asal-usul tradisi dan budaya dalam tatanan sosial. Pasalnya, doktrin agama di tangan santri tidak menghilangkan tradisi dan membuat kebiasaan baru atau mengganti tradisi dengan yang baru atas nama Islam.

Baca Juga: 30 Ucapan Selamat Hari Santri Nasional 2022, Share di Facebook, Twitter, Instagram, hingga TikTok

Yuk kita ketahui lebih banyak filosofi kata santri berdasarkan penjelasan dari numaroko.or.id di bawah ini. 

Arti kata Santri

Istilah "santri" memiliki arti yang luas dan sempit. Dalam arti sempit, kata santri menunjukkan "seorang siswa di sekolah agama yang disebut sebagai pondok atau pesantren".

Dalam arti luas, kata santri berarti kelompok Muslim yang taat dari populasi Indonesia yang menganggap serius Islam, mereka berdoa, pergi ke masjid pada hari Jumat, berpuasa di bulan Ramadhan dan sebagainya (Geertz, 1960: 178).

Praktek Santri Menjaga Iman dengan Tradisi

Baca Juga: Panduan Upacara Hari Santri Nasional 2022 Lengkap

Tradisi perlu digambarkan secara umum sekarang justru karena gempuran modernisme dan baru-baru ini kemunculan karikatur tradisi yang disebut "fundamentalisme". Tradisi, oleh karena itu, seperti pohon: yang akarnya bersal dari wahyunya datang Ilahi dan batang serta cabang-cabangnya tumbuh selama berabad-abad.

Dalam jantung pohon tradisi tinggal agama, dan getah pohon ini terdiri dari rahmat itu, atau barakah, yang, berasal dari wahyu memungkinkan kelangsungan hidup pohon (Nasr, 2010: 3-4).

Tradisi menyiratkan kebijaksanaan sakral, abadi serta penerapan berkelanjutan dari prinsip-prinsipnya yang tidak dapat diubah untuk berbagai kondisi ruang dan waktu (Nasr, 2010: 4). Selalu ada ruang bagi penganut tradisi dalam masyarakat Indonesia.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, santri membuat tradisi dan budaya ada bersama. Tradisi Santri meliputi ngaji sorogan dan bandongan, tahlilan dan maulidan, mengenakan sarung dan peci (dalam perilaku budaya), perdagangan dan iuran (dalam bidang ekonomi), dan ziarah (di bidang sakramental). Mereka mempertahankan tradisi itu terus menerus selama berabad-abad. 

Meskipun santri melestarikan adat istiadat mereka, mereka memiliki doktrin al-muhafazatu 'ala al-qadimi ash-shalih wa al-akhdhu bi al-jadidi al-ashlah 'melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik dari sebelumnya', sehingga mereka tidak ketat dalam proses untuk mengekspresikan iman mereka.

Namun, belum semua santri sepenuhnya mengikuti doktrin itu. Beberapa dari mereka masih memiliki antipati dengan ide barat. Pada akhirnya, tidak mudah untuk tetap mengusung tradisi di tengah modernitas dan globalisasi. 

Kesimpulan Filosofi Kata Santri

Santri adalah entitas sosial di mana setiap orang hidup, makan dan bekerja dengan masyarakat, bahkan menjadi penjaga jiwa pikiran dan iman anggota masyarakat. Kelangsungan tradisi mereka menuntut bergerak maju untuk memberdayakan diri menghadapi globalisasi. Mereka harus belajar dan mengamalkan ilmunya dengan benar.

Jika santri hanya mengambil ilmu agama tanpa mempelajari hal lain, mereka tidak bisa menjadi pengambil keputusan dan akan selalu mundur tanpa membuat keputusan yang bagus. Namun, santri memainkan peran mendasar untuk menciptakan sistem yang hebat dalam ekonomi, politik, budaya, dan bahkan dalam pendidikan untuk generasi berikutnya.

Demikian itu filosofi kata santri yang berhasi dirangkum Suara.com.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI