Suara.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris, Suella Braverman, mengundurkan diri dari parlemen pada Rabu (19/10/22) usai dirinya salah menggunakan akun email untuk mengirimkan dokumen resmi. Ia malah mengirimkan dokumen resmi melalui email pribadinya.
Meskipun baru menjabat selama 43 hari, ia merasa dirinya telah melakukan pelanggaran teknis terhadap aturan.
Oleh sebab itu, ia merasa jika pengunduran dirinya merupakan langkah paling tepat yang bisa dirinya lakukan.
Menanggapi soal pengunduran diri Mendagri Inggris, pengamat politik Rocky Gerung lantas mengungkapkan jika pengunduran diri tersebut merupakan standar moral yang ada di diri pejabat di negara barat.
Baca Juga: Profil Suella Braverman, Menteri Dalam Negeri Inggris Undur Diri Gegara Salah Kirim Email
Ia lantas menyinggung soal moral para pejabat di Indonesia yang sepantasnya memiliki standar moral yang lebih baik daripada negara barat.
Hal ini dilontarkan oleh Rocky saat berdialog dengan jurnalis senior, Hersubeno Arief.
"Kita juga sama-sama negara timur yang mustinya standarnya lebih tinggi dari barat misalnya. Tapi justru itu yang nggak terjadi karena feodalisme di kita masih tinggi, karena arogansi kita masih tinggi," kata Rocky seperti dikutip Suara.com melalui unggahan kanal Youtube-nya pada Jumat (21/10/22).
Berkaca dari Mendagri Inggris, Rocky lantas meminta agar Ketua PSSI Mochamad Iriawan dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, mundur dari jabatannya.
Pengunduran diri ini sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dari keduanya atas Tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga: Terkait Desakan Ketum PSSI Mundur, Menpora Ingatkan Soal Sanksi FIFA di 2015
"Ya PSSI bahkan Menpora sebetulnya mundur saja karena ini semua peristiwa publik yang akan dicatat dalam sejarah," ujar Rocky.
Rocky menjelaskan bahwa tragedi kemanusiaan yang telah memakan ratusan nyawa ini akan menjadi sejarah di dunia. Tragedi ini akan membekas di benak masyarakat.
Jika Ketua PSSI dan Menpora tidak mundur, maka generasi yang akan datang akan mempertanyakan soal pertanggungjawaban dari dua sosok ini.
"Millennials 10 atau 20 tahun lagi akan mengingat, kok nggak ada pertanggungjawaban etis dari pemimpin terhadap kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Kanjuruhan," tutur Rocky.