Suara.com - Berita pengunduran diri Liz Truss dari jabatan Perdana Menteri Inggris telah menjadi sorotan tajam dunia. Bagaimana tidak, Truss tercatat baru menjabat selama enam minggu, menjadikannya sebagai PM Inggris dengan jabatan paling singkat sepanjang sejarah.
Liz Truss sendiri mengambil alih jabatan perdana menteri dari Boris Johnson enam minggu yang lalu. Pengumuman "resign" darinya itu telah meninggalkan krisis ekonomi yang parah di Inggris.
Ini disebabkan oleh proposal kebijakan ekonomi radikalnya – bahkan sebelum diberlakukan – menyebabkan poundsterling (mata uang Inggris) tenggelam ke level terendah terhadap dolar dalam beberapa dekade.
Gejolak itu menyebabkan obligasi pemerintah melambung tinggi, yang berdampak negatif pada pinjaman pemerintah, dan yang lebih berbahaya; dana pensiun rakyat.
Baca Juga: Timeline Jejak PM Inggris Liz Truss: Maju Saat Krisis, Mundur Saat Kacau
Kenaikan suku bunga memaksa pembayaran hipotek, dan pemberi pinjaman bergegas untuk menarik produk mereka dari pasar, menghancurkan harapan calon pemilik rumah hampir dalam semalam.
Liz Truss akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya dan akan mengundurkan diri setelah kontes darurat selama seminggu untuk menemukan penggantinya. Ini disampaikan Truss di luar Downing Street pada hari Kamis (20/10/2022).
Menyadur The Guardian, berikut pidato lengkap pengunduran dirinya yang turut menyinggung perang Rusia-Ukraina:
"Saya mulai menjabat pada saat ketidakstabilan ekonomi dan internasional yang hebat.
Keluarga dan bisnis khawatir tentang bagaimana membayar tagihan mereka.
Baca Juga: Mundur dari PM Inggris, Mengapa Liz Truss Ramai Dibandingkan dengan Selada?
Perang ilegal Putin di Ukraina mengancam keamanan seluruh benua kita.
Dan negara kita telah terlalu lama tertahan oleh pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Saya dipilih oleh partai Konservatif dengan mandat untuk mengubah ini.
Kami memenuhi tagihan energi dan pemotongan asuransi nasional.
Dan kami menetapkan visi untuk pajak rendah, ekonomi pertumbuhan tinggi yang akan memanfaatkan kebebasan Brexit.
Saya menyadari, bagaimanapun, mengingat situasinya, saya tidak dapat menyampaikan mandat yang saya pilih oleh partai Konservatif.
Oleh karena itu saya telah berbicara dengan Yang Mulia Raja untuk memberitahukan kepadanya bahwa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin partai Konservatif.
Pagi ini saya bertemu dengan ketua Komite 1922, Sir Graham Brady.
Kami telah sepakat akan ada pemilihan kepemimpinan yang akan selesai dalam minggu depan.
Ini akan memastikan kami tetap berada di jalur untuk mewujudkan rencana fiskal kami dan menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan nasional negara kami.
Saya akan tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih.
Terima kasih."