Suara.com - Polri hingga kini masih mendalami kasus hilangnya CCTV Stadion Kanjuruhan sewaktu insiden berdarah pada laga Arema FC vs Persebaya 1 Oktober 2022. Rencananya, Polri akan melibatkan saksi ahli guna mendalami kasus hilangnya CCTV terkait tragedi Kanjuruhan yang menelan 133 nyawa.
"Memintai keterangan saksi ahli," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Kamis (20/10/2022).
Selain itu, Polri bakal meminta pihak ketiga yang ditengarai memasang CCTV di Stadion Kanjuruhan. Nantinya, pihak ketiga itu yang akan menyampaikan perkembangan terkait hilangnya rekaman CCTV itu.
"Dan juga pihak ketiga yang pasang CCTV di Kanjuruhan. Nanti ada pihak ketiga (menyampaikan update)," papar Dedi.
Baca Juga: Kuburan Dua Korban Tragedi Kanjuruhan Batal Dibongkar Hari Ini, Polri Tunggu Izin Keluarga
Dedi belum menjelaskan secara rinci kapan Polri akan memeriksa saksi ahli dan pihak ketiga tersebut.
Sebelumnya, Polri mengaku sudah menerima rekomendasi temuan dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) terkait adanya rekaman CCTV yang hilang saat Tragedi Kanjuruhan.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan pihaknya kini akan mendalami informasi tersebut.
"Nanti penyidik yang cek dan dalami," kata Dedi saat dikonfirmasi, Rabu (19/10/2022).
Rekaman CCTV Hilang
Baca Juga: Minta Semua Pihak Menunggu, Polri Masih Dalami Dugaan Penghapusan Rekaman CCTV di Kanjuruhan
Diketahui, berdasarkan temuan TGIPF mulanya CCTV merekam pergerakan rangkaian Barracuda yang akan melakukan evakuasi Tim Persebaya.
"Pergerakan awal rangkaian Barracuda yang akan melakukan evakuasi Tim Persebaya, dapat terekam melalui CCTV yang berada di Lobby utama dan Area Parkir," tulis TGIPF dalam laporannya seperti dilihat pada Senin (17/10/2022).
CCTV tersebut hanya memperlihatkan rekaman dengan durasi 1 jam 21 menit. Sedangkan durasi 3 jam 21 menit berikutnya hilang. TGIPF mengaku tengah berupaya untuk meminta rekaman lengkap ke Polri
Gas air mata ditembakkan polisi usai pertandingan antara Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10) lalu. Akibatnya dalam tragedi itu bukan hanya menyebabkan korban meninggal sebanyak 132 jiwa, namun terdapat ratusan korban mengalami luka ringan hingga berat.