Harga BBM Naik Memicu Demonstrasi Warga di 90 Negara

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 20 Oktober 2022 | 01:00 WIB
Harga BBM Naik Memicu Demonstrasi Warga di 90 Negara
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Biaya hidup yang tinggi memicu orang-orang di berbagai belahan dunia untuk turun ke jalan dan berdemo menentang kenaikan harga-harga komoditas. BBC telah memetakan semua demonstrasi terkait bahan bakar minyak (BBM) yang dilaporkan sejak Januari 2021 dan ternyata jumlah unjuk rasa meningkat pesat tahun ini.

Kenaikan harga BBM mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perjalanan pribadi, distribusi barang-barang yang bisa menyebabkan kenaikan harga makanan, serta energi untuk pembangkit listrik dan alat pemanas.

Di seluruh dunia, para pendemo menuntut perubahan. Mereka menuntut harga BBM dibuat lebih terjangkau atau tersedia. Ada yang berdemo dengan damai dan ada juga yang menyerang pemerintah. Beberapa demo bahkan merenggut nyawa.

Baca juga:

Baca Juga: Alami Krisis Luar Biasa, Sri Lanka Justru Turunkan Harga BBM

Khadijah Bah, 16 tahun, berdiri di teras depan rumah keluarganya ketika dia terkena peluru nyasar.

Hanya beberapa meter dari rumahnya, di sisi timur Freetown, ibu kota Sierra Leone, selama berhari-hari Khadijah menyaksikan massa semakin banyak berkumpul untuk menentang kenaikan harga BBM.

Namun pada 10 Agustus, aksi protes berubah menjadi kekerasan. Saat polisi bersenjata bentrok dengan pengunjuk rasa, peluru nyasar mengenai Khadjia. Dia tersungkur dan tewas seketika.

Ibunya, Maria Sesay, mengatakan dia masih berjuang untuk menerima kematian putrinya, yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Ibunya mengatakan Khadijah bercita-cita menjadi perawat.

"Saya sangat sedih. Saya berjuang keras untuk membesarkan anak perempuan saya, tapi sekarang dia sudah tiada. Sungguh menyakitkan."

Baca Juga: Jokowi Sebut 8,4 Juta Pekerja Sudah Terima BSU Imbas Kenaikan Harga BBM

Bentrokan karena bahan bakar

Harga BBM yang sampai memecahkan rekor tertinggi memicu bentrokan di jalan. Kekerasan seperti itu sudah bertahun-tahun tak terjadi lagi di negara kecil di Afrika barat ini.

Pada Agustus, 25 orang tewas, termasuk lima petugas polisi ketika bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di ibu kota Sierra Leone, Freetown.

Kenaikan harga BBM tidak hanya mempengaruhi perjalanan, tetapi juga transportasi semua barang, yang secara tidak langsung menaikkan harga makanan.

Sejak Maret harga BBM di negara itu hampir dua kali lipat, dari 12.000 Leones (sekitar Rp14.640 pada saat itu) per liter, lalu melesat ke rekor tertinggi 22.000 Leones (sekitar Rp25.080 pada saat itu) pada Juli. Hal itulah yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga pangan.

Pada Juli, Bank Sentral meluncurkan uang kertas baru - menghapus tiga angka nol dari Leone - sebagai langkah untuk memulihkan kepercayaan pada mata uangnya yang dilanda inflasi.

Akhirnya kekerasan bisa diredam setelah pihak berwenang menerapkan jam malam di seluruh kota. Internet juga dibatasi, sehingga para pendemo sulit untuk berkomunikasi dan merencanakan unjuk rasa berikutnya.

Presiden Sierra Leone, Julius Maada Bio, kemudian menyatakan demo-demo itu merupakan upaya kekerasan untuk menggulingkan pemerintahannya. Namun, banyak warga membantah hal ini, mengatakan kepada BBC bahwa mereka turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga BBM dan makanan.

Namun, Sierra Leone tidak berjuang sendiri untuk memprotes kenaikan harga dan biaya hidup.

Krisis bahan bakar global

Dengan menganalisis data demonstrasi di seluruh dunia, yang dikumpulkan oleh Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata (Acled), BBC mendapati bahwa antara Januari dan September tahun ini, lebih dari 90 negara dan wilayah diguncang demo terkait harga atau ketersediaan BBM.

Sepertiga di antaranya adalah negara-negara yang pada 2021 lalu tidak ada demo BBM, seperti Spanyol.

Sepanjang 2021 tidak ada demo BBM di negara itu, tetapi sebanyak 335 demonstrasi berlangsung pada Maret 2022 saja.

Tidak ada satu benua pun yang bebas dari demo BBM dalam sembilan bulan terakhir.

Di Indonesia ada lebih dari 400 demo BBM sepanjang 2022, padahal pada 2021 hanya ada 19 demo BBM.

Di Italia, ada lebih dari 200 demo dalam delapan bulan pertama di 2022, sementara tahun lalu hanya ada dua. Sementara itu, di Ekuador, lebih dari 1.000 demo BMM hanya di bulan Juni saja.

Menganalisis pola demo-demo di dunia, Henry Wilkinson, kepala intelijen dari Dragonfly, lembaga keamanan dan intelijen, mengatakan yang mengejutkan baginya adalah lokasi demo-demo tersebut.

"Yang tidak biasa kali ini adalah kita melihat demo terjadi di tempat-tempat yang biasanya tidak rawan protes. Perang di Ukraina memiliki dampak besar yang tidak proporsional. Penyelesaian konflik akan meredakan krisis global secara signifikan."

Apakah perang di Ukraina merupakan satu-satunya alasan kenaikan harga BBM?

Tidak. Ada tiga alasan utama kenaikan harga BBM terjadi secara global.

Minyak mentah - lebih murah di awal pandemi Covid-19 karena banyak bisnis tutup sementara dan permintaan energi juga menurun drastis. Namun, ketika kehidupan kembali ke 'normal baru' dan permintaan energi meningkat, pemasok berjuang untuk memenuhi permintaan dan oleh sebab itu, harga naik.

Dolar AS - berada pada titik tertinggi sepanjang masa terhadap Pound, Euro, Yuan, dan Yen. Minyak yang digunakan untuk membuat bensin dibayar dalam dolar AS. Jadi mata uang lokal yang lemah terhadap dolar membuat bahan bakar menjadi lebih mahal.

Baca juga:

Konflik Ukraina-Rusia - menyebabkan banyak negara menyatakan larangan impor minyak Rusia dan dengan demikian permintaan ke produsen lain meningkat, yang mengarah ke harga yang lebih tinggi.

Dari keruntuhan ekonomi hingga politik

Dari 91 negara dan wilayah yang mengalami kerusuhan sipil terkait harga BBM, Sri Lanka mengalami kekacauan politik. Di tahun sebelumnya negara itu menjadi berita utama internasional setelah demo besar-besaran membuat pemerintahnya bertekuk lutut, yang akhirnya menggulingkan mantan presiden Gotabaja Rajapaksa.

Baca juga:

Dengan salah satu inflasi tertinggi di Asia, warga Sri Lanka masih menghadapi krisis biaya hidup karena harga bahan bakar, makanan, dan obat-obatan terus meningkat.

Wimala Dissanayaka, 48 tahun, pemilik warung sayur di kawasan pinggiran Thalawathugoda, Kolombo, mengatakan keluarganya sekarang hidup pas-pasan.

"Semua harga melambung tinggi. Biaya hidup kami meningkat, tetapi pendapatan kami tidak berubah.

"Saya punya tiga anak dan tarif bus telah meningkat secara dramatis, sekarang biayanya 100 rupee (sekitar Rp4.200) per anak untuk pergi ke sekolah. Jadi, biayanya 600 rupee (sekitar Rp25.000) untuk ketiganya setiap hari."

Wimala mengatakan dia tidak mampu lagi mengisi truk kecilnya dengan bensin untuk membawa hasil buminya ke dan dari pasar. Sebaliknya, dia harus menggunakan transportasi umum atau berbagi alat pengangkut dengan penjual lain.

"Harganya mahal sekali, pelanggan saya tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak. Orang yang dulu beli sayur 500 gram atau satu kilogram sekarang minta 100 gram atau 250 gram. Dan yang dulu datang dengan mobil atau motor, sekarang berjalan kaki atau menggunakan sepeda."

Belum ada titik terang

Sementara pemerintah di seluruh dunia berjuang untuk menemukan solusi dari krisis ekonomi yang dialami negara-negara mereka, demonstrasi terkait harga makanan dan bahan bakar terus berlanjut. Namun bagi sebagian orang, taruhannya nyawa.

Dalam sembilan bulan terakhir, menurut penelitian BBC, lebih dari 80 orang kehilangan nyawa mereka saat ikut demo BBM. Termasuk orang-orang dari Argentina, Ekuador, Guinea, Haiti, Kazakhstan, Panama, Peru, Afrika Selatan, dan Sierra Leone.

Kembali di Freetown, jalan-jalan mulai kembali tenang dan sebagian besar pedagang telah membuka kembali toko mereka lagi. Namun, bagi ayah Khadijah, Abdul dan seluruh keluarganya, hidup tidak akan pernah sama lagi.

"Putri saya adalah anak yang sangat bertalenta. Sekarang dia sudah pergi."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI