Suara.com - Otoritas kesehatan di Uganda mengumumkan bahwa sebanyak 24 orang telah meninggal dunia akibat wabah Ebola yang terus meluas di negara Afrika Timur itu.
Dikutip dari Antara, pada Senin (17/10), Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan jumlah kumulatif kematian akibat Ebola di negara itu bertambah menjadi 24 orang, setelah lima kematian baru dilaporkan dalam empat hari terakhir.
Melalui data terbaru pada 16 Oktober, Kemenkes menyebutkan jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi juga naik menjadi 60 usai dua kasus baru dilaporkan.
Sementara itu, jumlah kumulatif orang yang telah sembuh adalah 24 orang, sementara 11 orang masih menjalani perawatan.
Pembaruan data itu dirilis di saat Uganda masih berjuang melawan penyebaran penyakit mematikan tersebut usai kasus indeks diumumkan di Distrik Mubende, wilayah tengah Uganda, pada 20 September.
Pemerintah juga sudah menetapkan aturan karantina wilayah (lockdown) selama 21 hari serta jam malam yang diterapkan di Mubende dan distrik tetangganya, Kassanda.
Pemerintah juga memberlakukan mode respons tinggi di ibu kota Uganda, Kampala, jika Ebola menyebar di kota itu.
Bulan lalu, Kementerian Uganda mengumumkan kematian seorang warganya akibat Ebola sekaligus mengonfirmasi adanya wabah.
“Kami ingin menginformasikan kepada masyarakat bahwa kini kami sedang mengalami wabah Ebola, yang kami konfirmasi kemarin,” ujar Diana Atwine, sekretaris Kemenkes Uganda, pada 20 September.
Pasien meninggal tersebut dilaporkan mengalami demam tinggi, diare, sakit perut, dan muntah darah. Sebelumnya, ia dirawat karena malaria.
Usai kabar tersebut dikonfirmasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan otoritas di Uganda guna menyelidiki penyebaran ini dan menurunkan personel di daerah yang terdampak.
“Uganda tidak asing dengan pengendalian Ebola. Berkat keahlian yang dimiliki, tindakan telah diambil untuk mendeteksi virus dengan cepat, dan kami mengandalkan pengetahuan ini untuk menghentikan penyebaran infeksi,” ujar direktur regional WHO Afrika, Matshidiso Moeti.