Suara.com - Keterlibatan eks Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah sebagai kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terus menuai komentar miring. Kali ini datang dari aktivis Irma Hutabarat yang sedari awal sudah mengawal pengusutan kasus pembunuhan Brigadir J.
Disampaikan di program Catatan Demokrasi yang tayang di kanal YouTube tvOneNews, Irma turut menyoroti eksepsi Sambo yang menekankan bahwa sang mantan jenderal polisi memerintahkan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu untuk menghajar alih-alih menembak.
"Kalau dari etimologi, kata hajar itu sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah ketika kamu memukuli orang supaya dia kapok," terang Irma, dikutip Suara.com, Rabu (19/10/2022).
"Febri menarasikan 'hajar' baru setelah dia diangkat menjadi kuasa hukum. Sebelumnya nggak ada, yang saya dengar di BAP itu selalu kata 'tembak'," sambung Irma.
Baca Juga: 'Masih Punya Power', Makna Kemeja Batik Ferdy Sambo saat Persidangan Dilucuti Pakar
Irma kemudian menjelaskan bahwa "hajar" adalah kata yang sangat umum dan maknanya disesuaikan dengan konteksnya. Misalnya kata hajar yang umumnya diartikan sebagai perintah untuk memukul, bisa diartikan sebagai instruksi untuk menyantap makanan yang tersedia, tergantung pada konteks situasinya.
"Ketika Sambo mengatakan 'hajar' harus ada konteksnya. Jadi Febri tidak bisa hanya mengambil kata itu lalu melepaskan konteksnya," tegas Irma.
Dalam kasus penembakan Brigadir J, menurut Irma, kata 'hajar' dan 'tembak' bisa bermakna sama. Sebab Sambo saat itu memberikan pistol berisi peluru penuh kepada Bharada E.
"'Hajar' atau 'tembak' akhirnya menjadi satu kata yang sama, karena ketika bilang hajar dia memberikan pistol berisi peluru penuh. Kalau kamu bilang hajar lalu kamu kasih rotan, maka Richard akan memukul dengan rotan. Kalau kamu bilang hajar tapi tidak ada senjata, mungkin dia akan memukul dengan tangannya," ujar Irma.
"Ketika Sambo mengatakan hajar dan menyerahkan Glock berisi 17 peluru, maka konteksnya itu dia suruh bunuh. Kenapa? Karena ada isi pelurunya. Kalau dia kasih pistol yang kosong, tidak akan mati mungkin Yosua," imbuhnya.
Baca Juga: Terkuak! Sidang Dakwaan Hendra Kurniawan cs: Ada Tim Khusus CCTV KM 50 Ikut Terlibat
Karena itulah, pembelaan Febri mengenai kata "hajar", menurut Irma, adalah bentuk logika yang dipelintir. Dengan kata lain, eksepsi Sambo yang menekankan penggunaan kata "hajar" justru tidak memiliki esensi sama sekali.
"Menurut saya pembelaan Febri Diansyah tidak ada esensinya, tidak ada substansinya, karena hanya permainan kata-kata," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Irma juga heran Ferdy Sambo mengklaim membuat skenario tembak-menembak demi melindungi Bharada E.
"Bahwa Sambo itu sebenarnya mau menyelamatkan Eliezer. Bagaimana mau menyelamatkan Eliezer ketika kamu mengajak orang untuk membunuh?" tutur Irma.
"Ketika dia bilang hajar (ke Bharada E), sebelumnya dia sudah minta kepada Ricky Rizal untuk membunuh. Kenapa (akhirnya memilih) Eliezer? Karena dia anak bawang, dia baru 6 bulan bekerja di situ. (Bharada E) anak bawang, anak baru, yang dia tidak punya kesempatan untuk say no," pungkasnya.