Suara.com - Salah satu tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J, Putri Candrawathi mengatakan tidak mengerti atas dakwaan dari jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang pembacaan dakwaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (17/10/2022).
"Maaf Yang Mulia, saya tidak mengerti akan dakwaan tersebut," kata Putri.
Hal itu diungkapkannya setelah ketua majelis hakim Wahyu Iman Santoso bertanya, "Saudara terdakwa, saudara sudah mengerti atas dakwaan dari jaksa penuntut umum tadi?"
Majelis hakim kemudian meminta JPU untuk menjelaskan kembali inti dari dakwaan tersebut. Atas perbuatannya, Putri disangkakan melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 KUHP.
Baca Juga: Jaksa Ungkap Bharada E Tergerak Bantu Ferdy Sambo Usai Dengar Insiden di Magelang
Lebih lanjut, kata jaksa, Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP itu tidak hanya disangkakan kepada Putri. Namun, bersama-sama dengan pelaku lainnya, yakni Ferdy Sambo, Kuat Ma'ruf, Richard Eliezer, dan Ricky Rizal.
"Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP itu bersama-sama, jadi ada banyak orang yang bukan hanya terdakwa Putri Candrawathi saja," kata jaksa.
Namun, setelah diberi penjelasan yang kedua kalinya oleh jaksa, Putri Candrawathi mengaku tetap tidak mengerti akan dakwaan tersebut.
"Mohon maaf Yang Mulia saya tetap tidak mengerti," ungkap Putri.
Akhirnya, majelis hakim meminta Putri berkonsultasi dengan penasihat hukumnya untuk menerima penjelasan lebih lanjut tentang dakwaan tersebut.
Putri Candrawathi di hadapan majelis hakim kemudian mengatakan siap menjalani persidangan, namun mengerahkan segala urusan ke penasihat hukumnya.
"Mohon izin Yang Mulia saya siap menjalani persidangan, namun saya serahkan sepenuhnya ke penasihat hukum saya," kata Putri.
Putri Candrawathi mengajukan eksepsi
Mengaku tidak paham, namun Putri Candrawathi melalui tim penasihatnya mengajukan eksepsi atau nota keberatan. Tepatnya atas sikap JPU yang dianggap mengesampingkan pernyataan adanya pelecehan seksual dalam kasus tersebut.
Tim kuasa hukum Putri mengatakan hal itu saat membaca eksepsi atas dakwaan JPU di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (17/10/2022) malam. Mereka tetap meyakini adanya insiden pelecehan seksual yang dilakukan Yosua kepada Putri.
"Dengan pengenyampingan fakta yang krusial oleh JPU dalam surat dakwaan tersebut dapat mengaburkan peristiwa kekerasan seksual yang dilakukan Nofriansyah Yosua pada terdakwa Putri Candrawathi yang terjadi di Magelang. Padahal peristiwa kekerasan seksual tersebut terkonfirmasi," kata kuasa hukum Putri.
Dugaan pelecehan seksual itu sendiri merujuk pada keterangan Putri yang tercatat dalam berita acara pemeriksaan tertanggal 26 Agustus 2022 lalu. Putri menyebut Yosua telah melecehkannya saat berada di Magelang.
Tim kuasa hukum juga merujuk hasil pemeriksaan psikologi forensik kliennya dengan Nomor: 056/E/HPPF/APSIFOR/IX/2022 tertanggal 6 September 2022. Dimana hasilnya, Putri disebut mengalami depresi dan trauma yang parah.
"Keterangan Ahli yang tertuang dalam BAP Dra. Reni Kusumo Wardhani, M.Psi., Psikolog yang pada pokoknya menyatakan didapatkan informasi yang konsisten dari Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo," ujar kuasa hukum Putri Candrawathi.
"Menurut Putri, telah terjadi kekerasan seksual tersebut merupakan suatu tindakan yang tidak diduga serta tidak dikehendakinya yang menurut Putri dilakukan Nofriansyah Yosua," sambungnya.
Adapun sebelumnya, JPU membacakan dakwaan berupa peran Putri dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Salah satunya melakukan perintah dari Ferdy Sambo untuk membuat laporan adanya dugaan pelecehan seksual.
JPU menyebut tindakan itu merupakan cara licik agar terkesan korban yang salah. Mereka kemudian mengatakan jika keterangan yang dilaporkan Putri sebetulnya tidak sesuai dengan fakta.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti