"Rasanya seperti berada di zona perang. Kita tidak tahu kapan unjuk rasa akan terjadi dan jika pun kita ikut-ikutan, tetap harus siap dengan apapun yang akan terjadi," katanya.
"Saya membawa baju tambahan di dalam tas karena mereka [penjaga] menggunakan bola cat saat unjuk rasa, sehingga mereka bisa menandai dan menangkap kita."
Ia juga selalu berhati-hati dan tidak membawa ponselnya saat meninggalkan rumah.
"Kalau mereka menangkap kita, dan melihat ponsel kita, mereka akan menggeledah isinya untuk melihat apakah kita pernah mengunggah hal buruk tentang mereka," katanya.
"Mereka bisa menembak kita kalau memakai ponsel saat unjuk rasa."
Pernah ditangkap
Pada pukul 21:00 setiap harinya, warga di sekitar rumah Donya akan mematikan lampu rumah mereka dan meneriakan "matilah ditaktor" atau "perempuan, hidup, kebebasan."
"Mereka berdiri di belakang jendela yang terbuka sehingga kita bisa mendengar mereka dari luar rumah," kata Donya.
"Tapi mereka mematikan lampu sehingga tidak ada yang tahu suara itu datang dari rumah yang mana."
Teriakan itu menggelegar di sepanjang jalan dan menjadi simbol solidaritas feminisme.
Baca Juga: Buntut Kematian Mahsa Amini, Aktris Iran Lepas Hijab hingga Tampil Telanjang untuk Beri Dukungan
"Ini menciptakan perasaan jika kita tidak sendiri dan [rezim] ini harus membayar atas apa yang sudah mereka lakukan pada negara ini."