Suara.com - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai pengumuman calon presiden yang dilakukan di menit akhir oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hanya akan menguntungkan Partai Golkar. Sementara PAN dan PPP terancam tak dapat efek ekor jas dan berpotensi terdepak dari Senayan.
"Siapa pun yang akan diusung KIB bila dideklarasikan saat mendekati pendaftaran capres, tentu dapat merugikan partai pendukung koalisi tersebut. KIB akan kehilangan waktu berharga untuk mensosiliasikan pasangan capres yang mereka usung," kata Jamiludin kepada wartawan, Senin (17/10/2022).
Menurutnya, ibarat ketinggalan kereta, KIB akan tertinggal dalam memperkenalkan capresnya. Hal itu akan semakin sulit mendongkrak elektabilitas capres yang diusung.
Bagi partai pendukung, kata dia, khususnya PPP dan PAN hal itu sangat merugikan. Pasangan yang diusung akan sulit membawa efek ekor jas bagi kedua partai tersebut.
"Padahal, hasil survei elektabilitas PPP dan PAN tidak sampai 4 persen. Ini artinya, kedua partai itu berpeluang besar tidak masuk Senayan pada Pileg 2024," tuturnya.
"Karena itu, kalau KIB salah mengusung capres dan mendeklarasikan saat mepet waktu pendaftaran capres, maka efek ekor jas yang diharapkan akan sulit terwujud. Padahal efek ekor jas itulah yang diharapkan PPP dan PAN untuk menyelamatkannya tidak terlempar dari Senayan pada Pileg 2024," sambungnya.
Sementara itu, Jamiludin menyebut, berbeda dengan Golkar, tanpa efek ekor jas akan tetap melenggang ke Senayan pada 2024 mendatang.
Untuk itu, kata dia, Golkar tidak akan dirugikan bila mendeklarasikan pasangan capres mendekati September 2023.
"Perbedaan tersebut kiranya akan membuat PPP dan PAN berpikir ulang untuk mengikuti Golkar mendeklarasikan pasangan Capres mendekati September 2023. Sebab hal itu tidak merugikan Golkar, tapi justru membahayakan eksistensi PPP dan PAN di Senayan," tandasnya.
Jilid Terakhir