Suara.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto melihat rasa kemanusiaan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Andi Arief mulai luntur.
Hal itu disampaikan Hasto menjawab pernyataan Andi Arief yang menyebut Hasto dalam memperlakukan lawan politiknya seperti pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit.
Hasto mengatakan, Andi Arief pernah bersama-sama Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko menjadi kader Partai Rakyat Demokratik (PRD) pertengahan 1990-an. Pada saat itu Andi masih memiliki idealisme.
"Ya itu tidak usah ditanggapi. Saya jujur kasihan sama Pak Andi Arief. Ini kan temannya Pak Budiman dulu di PRD. Kata Pak Budiman dulu Pak Andi Arief kan punya idealisme," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (15/10/2022).
Baca Juga: Hasto Sebut PDIP Belum Kantongi Nama Capres 2024, Fokus Dukung Pemerintah Lakukan Pemulihan Ekonomi
Hasto kemudian menyebut sosok Andi Arief mulai luntur rasa kemanusiannya setelah masuk ke Partai Demokrat.
Selain itu, kata Hasto, idealisme Andi Arief juga mulai berkurang. Hal itu juga dirasakan Budiman sebagai sama-sama mantan kader di PRD.
"Setelah masuk ke Partai Demokrat rasa kemanusiaannya itu juga berkurang, termasuk idealismenya. Nanti Pak Budiman yang menjawab," pungkas Hasto.
Cuitan Andi Arief
Sebelumnya, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief mengkritik Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam memperlakukan lawan-lawan politik. Tindak-tanduk Hasto dinilai seperti pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit.
Baca Juga: Irjen Teddy Minahasa Terlibat Peredaran Narkoba, Arteria PDIP: Wajib Diberikan Pemberatan Pidana
Kritikan itu disampaikan Andi lewat akun Twitter pribadi @Andiarief__. Suara.com telah mengkonfirmasi dan mendapat izin mengutip pernyataan tersebut dari Andi Arief.
"Cara-cara Hasto memperlakukan lawan-lawan politik mirip cara-cara DN Aidit di tahun 1964," mata Andi Arief dikutip Kamis (13/10/2022).
Lebih lanjut, Andi Arief menjelaskan penggunaan kata DN Aidit untuk menunjukkan kemiripan dengan apa yang dilakukan Hasto saat ini.
"Ya mirip memang, adu domba, kemudian cari muka, kriminalisasi, intinya seolah-olah paling berkuasa padahal tidak berkuasa," kata Andi Arief.
Andi Arief menyebutkan segala kemiripan itu berdasarkan dengan apa yang ia baca dan ketahui dari sejarah.
Menurutnya cara-cara berlebihan DN Aidit itu, saat ini sedang dilakukan oleh Hasto.
"Jadi mengambil hatinya, cari mukanya terlalu berlebihan tahun 1964. Setidaknya itulah yang saya pelajari dari sejarah dan sekarang sedang dipraktikkan oleh Hasto ini. Mirip," ujar Andi Arief.