Suara.com - Gas air mata menjadi pembicaraan yang tak pernah luput dalam investigasi Tragedi Kanjuruhan. Semua mata kini tertuju kepada Polri usai oknum anggotanya menembakkan selongsong gas air mata yang dituding sebagai biang kerok kerusuhan di tragedi mematikan itu.
Kini, Polri menunjukkan pertanggungjawaban mereka dengan turut menyelidiki penembakan gas air mata itu.
Sepanjang perjalanan investigasi penembakan gas air mata di tragedi Kanjuruhan, hasil temuan Polri seakan-akan dikerdilkan dengan hasil investigasi pihak lain.
Setelah sebelumnya ditemukannya jumlah penembakan gas air mata yang lebih banyak oleh The Washington Post, kini Narasi TV turut memberikan temuan mereka terkait jumlah tersebut.
Baca Juga: Mahfud MD Pimpin TGIPF Serahkan Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan ke Jokowi di Istana
Berikut perbandingan temuan jumlah penembakkan gas air mata oleh Polri vs Narasi TV
Narasi TV sebut ada 80, Polri hanya mengaku tembak 11 gas air mata
Media dalam negeri, Narasi TV menyusul The Washington Post melakukan investigasi terhadap penembakkan gas air mata di tragedi Kanjuruhan yang terjadi awal Oktober kemarin.
Sebelumnya, The Washington Post mencatat ada setidaknya 40 selongsong gas air mata yang ditembakkan oleh oknum aparat. Mereka juga menemukan proyektil lain yakni flashbang dan flare yang turut ditembakkan ke area stadion.
Kini, Narasi TV telah melakukan investigasi mereka sendiri. Bahkan, temuan tembakkan gas air mata oleh Narasi TV dua kali lebih banyak dari yang ditemukan The Washington Post.
Media besutan Najwa Shihab tersebut mencatat adanya 80 proyektil lebih gas air mata yang dilepaskan pada akhir pertandingan derbi Jawa Timur antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Oleh media tersebut, gas air mata juga dituding menjadi pemicu banyaknya korban berjatuhan di Stadion Kanjuruhan.
Selain itu, awak media Narasi TV juga telah mewawancarai beberapa saksi dan melakukan analisis visual beberapa rekaman yang menjadi saksi bisu tragedi berdarah itu.
Tampak juga oknum aparat keamanan menembaki gas air mata secaara membabi buta, sebagaimana yang dijelaskan dari video feature Narasi TV berjudul Buka Mata, dikutip Suara.com pada Jumat (14/10/2022).
Melalui kedua pendekatan tersebut, disimpulkan bahwa suporter yang turun ke lapangan tak bertujuan untuk merusuh, berbeda dengan tudingan beberapa pihak.
Terkait dengan mencuatnya banyaknya perhitungan jumlah tembakkan gas air mata yang dinilai membuat simpang siur, Polri akhirnya merilis investigasi resmi sendiri.
Mereka menegaskan bahwa hanya sebanyak 11 proyektil yang ditembakan oleh oknum aparat kepolisian.
"Sebelas tembakan, seperti yang Bapak Kapolri sampaikan," ungkap Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, dikutip dari Antara, Jumat (14/10/2022).
Sebelumnya, Kapolri juga telah merilis keterangan resmi yang menyebut pihaknya hanya melepaskan 11 proyektil gas air mata.
"Terdapat 11 personel yang menembakkan gas air mata, ke tribun selatan kurang lebih tujuh tembakan, utara satu tembakan dan ke lapangan tiga tembakan," ungkap sang Kapolri dalam jumpa pers di Markas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota, Kamis (7/10/2022).
Polri juga menegaskan penembakan tersebut dilakukan demi pengamanan yang sudah diatur dalam ketentuan yang berlaku.
"Kejadian itu ada dua TKP. Pertama terkait Pasal 359 atau 360 di dalam. Di dalam memang anggota Polri melakukan penembakan gas air mata dalam rangka penghalauan," lanjut Dedi.
Pengamanan yang dimaksud yakni sebagai respon tindakan suporter yang turun ke lapangan. Adapun berdasarkan narasi Polri, suporter turun ke lapangan dan berbuat rusuh. Kerusuhan tersebut juga diklaim telah menjalar hingga luar stadion.
"Di luar pun ada kejadian. Ketika tim pengamanan mengevakuasi pemain dan ofisial Persebaya ke luar stadion dihadang, butuh waktu sekian lama. Juga terjadi perusakan, pembakaran, dan sebagainya," pungkas Dedi.
Kontributor : Armand Ilham