Program Sumur Resapan Dinilai Kurang Efektif, Pengganti Anies Diminta Lakukan Evaluasi

Jum'at, 14 Oktober 2022 | 08:24 WIB
Program Sumur Resapan Dinilai Kurang Efektif, Pengganti Anies Diminta Lakukan Evaluasi
Pembuatan sumur resapan di Jakarra Barat. (Antara/HO-Dokumentasi Satuan Pelaksana SDA Kecamatan Kembangan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Program sumur resapan dinilai kurang efektif untuk mengatasi banjir di Jakarta karena tanah di Ibu Kota telah jenuh dan tidak bisa menyerap air. Hal itu dikatakan oleh pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna.

"Tingkat efektivitasnya tidak maksimal. Kondisi tanah di Jakarta sudah jenuh, seperti Jakarta Utara, Jakarta Pusat," kata Yayat di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (13/10/2022).

Yayat berharap supaya Pemprov DKI mampu untuk melakukan pendekatan lain demi membuat sumur resapan menjadi lebih berguna karena program tersebut sudah telanjur dimulai dengan anggaran yang terbilang banyak.

"Pendekatannya, dekati Balai Besar Tanah yang punya data kawasan-kawasan mana yang resapannya masih bagus. Jadi pendekatan sumur resapan itu kalau bisa berbasis data tentang kondisi tanah. Apakah tanah itu bisa menyerap, kan sayang sudah ngeluarin uang, anggaran, enggak optimal dan hanya menjadi sumur penampung saja," tuturnya.

Baca Juga: Penyebab Program Sumur Resapan DKI Jakarta Tidak Efektif Atasi Banjir Ibu Kota

Oleh karena itu, Yayat menilai bahwa penerus Anies Baswedan, yaitu Pj Gubernur DKI Jakarta terpilih Heru Budi Hartono harus mengevaluasi program sumur resapan demi mengatasi banjir di Jakarta.

"Nanti evaluasi Heru Budi. Apakah sumur resapan akan diteruskan atau tidak. Kalau bagus diteruskan, kalau tidak dihentikan," ucapnya.

Pj Gubernur DKI nantinya harus bisa untuk menghentikan program-program yan dianggap tidak memiliki efektivitas baik dalam menangani banjir di Jakarta. Dengan begitu, gubernur selanjutnya akan terbantu untuk segera membangun program baru yang lebih baik, terutama dalam penanganan banjir.

"Jadi supaya tidak menjadi beban bagi gubernur selanjutnya, lebih bagus mengevaluasi. Jadi tugas Pj Gubernur mengevaluasi yang dilakukan efektif mengantisipasi ancaman banjir atau tidak," tuturnya.

Setelah melalui evaluasi, ia yakin akan ada transparansi capaian yang akan dibuka oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

Baca Juga: Lesti Kejora Akhirnya Cabut Laporan, Pengacara Rizky Billar Sebut Ada Perdamaian

"Jika tidak efektif misalnya kan bisa jadi penghematan anggaran dan diarahkan pada pekerjaan yang lebih realistis," tuturnya.

Diketahui bahwa sebelumnya dalam dokumen Rancangan Pemerintah Daerah (RPD) 2023-2026 yang sudah ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menyatakan bahwa kondisi Provinsi DKI Jakarta rentan terhadap banjir dan genangan tidak terlepas dari demografi Jakarta yang memiliki tingkat kemiringan 0-3 persen dan 13 aliran sungai di dalam wilayahnya.

Oleh karena itu, dalam penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta tidak lagi hanya membuat atau meluruskan aliran sungai-sungai dengan konstruksi beton (sheetpile).

Air yang mengalir dari selatan Jakarta ke muara utara Jakarta, menurut RPD tersebut dapat ditahan lebih lama melalui pembangunan waduk-waduk dan memperbanyak sumur resapan di daerah selatan Jakarta.

"Fungsi waduk ke depan bukan sekadar sebagai waduk pengendali banjir atau waduk retensi saja, namun bisa
dimanfaatkan atau di kelola menjadi sumber air baku ataupun menjadi sumber energi baru untuk kepentingan masyarakat Jakarta," tulis dalam RPD yang ditandatangani Anies Baswedan pada 10 Juni lalu tersebut. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI