Suara.com - Komite Eksekutif atau Exco Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Sonhadji menyebut keputusan mundur yang didesakan kepada Mochamad Iriawan alias Iwan Bule sebagai ketua umum federasi sepakbola nasional itu bukan langkah tepat. Dia mengatakan jika rekannya di PSSI itu mundur, bukan pilihan yang jantan.
Pernyataan tersebut sekaligus merespons sekitar 27 ribu orang yang hingga Selasa (11/10/2022) telah menandatangani petisi desakan agar Iwan Bule mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI. Desakan tersebut muncul, setelah peristiwa berdarah Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang usai pertandingan Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
"Saya bilang, tadi saya bilang sama kawan saya itu Ketua Umum (PSSI). Kalau Anda (Iwan Bule) mundur tidak jantan," kata Sonhadji di kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (13/10/2022).
Sebagai salah satu Exco PSSI, Sonhadji mengaku juga tidak tepat baginya untuk mundur di masa seperti saat ini.
Baca Juga: 5 Pernyataan Kontroversi Pihak yang Dianggap Terkait Tragedi Kanjuruhan Malang
"Ya saya selaku pengurus PSSI mundur itu bukan tindakan yang bagus untuk menghadapi masalah seperti ini. Kalau saya katakan sebagai Exco PSSI saya, kalau kondisi seperti ini lagi butuh pemikiran butuh macam-macam," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Perhimpunan Jurnalis Rakyat membuat petisi di laman Change.org. Tercatat hingga Selasa (11/10/2022) siang pukul 14.10 WIB terkumpul sebanyak 27 ribu tanda tangan dalam petisi yang mendesak Iwan Bule mundur dari jabatan Ketum PSSI. Petisi itu menargetkan 35 ribu tanda tangan atau dukungan.
Shin Tae-yon Ancam Mundur
Desakan agar Iwan Bule mundur dari Ketum PSSI juga kemudian direspons Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. Mantan Pelatih Timnas Korsel ini menyatakan bakal mundur dari jabatannya, jika Ketum PSSI Mochamad Iriawan alias Iwan Bule mengundurkan diri.
"Seseorang yang sangat mencintai sepakbola Indonesia dengan kesungguhan hati dan memberikan dukungan penuh dari belakang agar sepak bola dapat berkembang adalah Ketua Umum PSSI. Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri."
STY beralasan, Iwan Bule merupakan rekan kerjanya selama melatih Timnas Indonesia. Lantaran itu, ia menekankan, jika rekan kerjanya melakukan kesalahan, secara otomatis dirinya juga memiliki kesalahan yang sama.
"Karena saya pikir jika terdapat kesalahan dari rekan kerja yang bekerja bersama sebagai 1 tim, maka saya pun juga memiliki kesalahan yang sama. Kita adalah 1 tim. Sepak bola tidak bisa sukses jika hanya performa 11 pemain inti saja yang bagus, bukan juga hanya staf pelatih saja yang bagus, kita bisa mencapai kesuksesan ketika semuanya menjadi satu tim mulai dari pemain inti, pemain cadangan, staf pelatih, official, semua karyawan federasi termasuk Ketua Umum. Itulah filosofi sepak bola saya. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang tidak akan bisa menang dengan hanya 1 orang saja yang bagus kinerja kerjanya."
Ia kemudian menceritakan sedikit kilas balik perjalanannya membangun dan mengembangkan sepak bola Indonesia yang dimulai pada tahun 2020 silam.
"Saya dengan masyarakat Indonesia dapat mengembangkan sepak bola Indonesia bersama setelah saya datang ke Indonesia pada tahun 2020. Ini adalah prestasi atau hasil yang dibuat oleh para pemain, fans dan Ketua Umum PSSI yang memilih saya."
Perkembangan sepakbola Indonesia yang terjadi dalam dua tahun belakangan, menurut STY tak bisa dilepaskan dari Iwan Bule. Lantaran itu, STY menyatakan akan berusaha lebih keras lagi membangun dan mengembangkan sepakbola Indonesia di masa mendatang.
"Sangat disayangkan nyatanya semua tanggung jawab dialihkan kepada Ketua Umum. Beliau telah mengembangkan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Pasti bisa juga mengatasi keadaan ini dengan baik. Saya pun akan berusaha lebih keras agar sepakbola Indonesia lebih maju lagi. Sebagai penutup, sekali lagi saya ingin mengucapkan bahwa saya ingin memberikan dukungan penuh kepada para korban, keluarga korban dan seluruh masyarakat Indonesia."