Suara.com - Mendung resesi global 2023 terus membayangi masyarakat dunia, tak terkecuali rakyat Indonesia. Namun belum banyak yang tahu kenapa resesi 2023 menyeramkan.
Polemik seputar resesi 2023 pun dibahas oleh Deddy Corbuzier dan CEO Ternak Uang Raymond Chin. Dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Deddy Corbuzier, Kamis (13/10/2022), pengusaha muda itu menjelaskan kenapa resesi 2023 menyeramkan.
Awalnya Deddy Corbuzier bertanya, "Apa yang terjadi ketika resesi 2023? Kenapa 2023 ini menyeramkan".
Menurut penjelasan Raymond, resesi 2023 bisa lebih parah dari pada dampak Perang Dunia 2.
Baca Juga: Resesi Global Jadi Tantangan, Ini Strategi Meningkatkan Penjualan di Tengah Kemerosotan Ekonomi
"Kalau dari IMF, dia bilang ini mungkin separah atau lebih parah dibanding World War II (Perang Dunia 2)" kata Raymond.
Penjelasan ini juga diperkuat dengan pendapat beberapa tokoh, termasuk Presiden Joko Widodo. Jokowi dalam pernyataannya menyebut tahun depan ekonomi dunia akan gelap.
"Jadi kalau pak Jokowi bilang 2023 itu gelap, itu sebenarnya dunia, semua negara enggak bisa perputaran uang, kirim-kirim apa, ngadet," ujar Raymond menjelaskan.
Tidak Ada Ekonom yang Tahu
Selain beberapa faktor ekonomi yang menyebabkan resesi, kekhawatiran bertambah lantaran tidak ada ekonom dunia yang dapat prediksi terjadinya resesi ini.
Baca Juga: Tentang Resesi dan Cara yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapinya
"Reason kenapa Pak Jokowi bilang enggak ada ekonom dunia yang bisa prediksi apa yang bakal terjadi, karena rentetannya sampai ke titik terkecil orang itu (individual)," kata Raymond.
Beberapa negara di benua Eropa telah merasakan resesi. Hal ini terlihat dari harga barang dan energi melonjak di sana.
Bahkan Amerika Serikat pun telah mengalami kondisi serupa. Meskipun krisis ekonomi ini terjadi dalam level global.
Namun dampaknya akan dirasakan semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Mulai masyarakat kelas bawah hingga atas. Baik orang miskin maupun yang kaya akan kena.
"Kalau perputaran uang, bisnis-bisnis misal profitnya berkurang, tiba-tiba perputaran ekonominya menurun, profitnya kecil, mau enggak mau lay off, pegawai dikurangi, pegawai enggak make money, itu kayak lingkaran setan," ujar Raymond menjelaskan.
Apalagi perang Rusia-Ukraina tidak ada yang bisa memprediksi kapan akan berakhir. Efek perang dua negara ini sangat jelas terasa bagi negara-negara di Eropa.
Faktor ketidakpastian akan semakin besar, padahal aspek ini dalam ekonomi sangat tidak diinginkan.
Sehingga masyarakat perlu bersiap-siap, memperbaiki perputaran uang dan mengamankan aset pribadi, resesi 2023 akan menjadi pasir hisap yang menelan perekonomian kita.
Perlu diketahui, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan global akan melambat menjadi 2,7% tahun depan. Angka ini 0,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan Juli.
IMF menyebut resesi 2023 akan terasa seperti resesi bagi jutaan orang di seluruh dunia.
“Ini adalah profil pertumbuhan terlemah sejak 2001,” kata IMF dikutip dari CNBC.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan target penerimaan pajak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2023 dirancang dengan hati-hati dan dengan tingkat kewaspadaan tinggi. Hal itu disebabkan untuk menahan risiko resesi ekonomi global yang meningkat.
“Pada saat yang sama, berbagai langkah reformasi perpajakan dengan pemberlakuan UU HPP, serta perbaikan dan penyederhanaan layanan pembayaran pajak diharapkan akan terus menjaga kesinambungan penerimaan pajak negara. Instrumen perpajakan harus terus digunakan juga sebagai insentif di dalam mendorong pertumbuhan dan investasi,” kata Sri dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023, Selasa (30/8/2022).