Suara.com - Politisi PDI Perjuangan atau PDIP, Deddy Yevri Sitorus, menilai pernyataan Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto cara memperlakukan lawan politiknya seperti pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit sangat tidak berdasar.
"Itu tidak berdasar, keliru, kejam, biadab dan tidak etis. Ya seperti biasa, dia memang terlalu sering menyerang orang tanpa alasan," kata Deddy saat dihubungi, Kamis (13/10/2022).
Menurutnya, apa yang dilakukan Andi Arief lewat pernyataannya hanya sebagai bentuk cari perhatian saja.
"Bisa jadi dia berusaha mencari perhatian atau otaknya memang sudah korslet," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, sebaiknya Andi tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tak perlu. Menurutnya, Andi hanya mengotori Partai Demokrat.
"Kasihan saja ruang publik dan partai Demokrat dikotori oleh manusia seperti dia," pungkasnya.
Cuitan Andi Arief
Sebelumnya, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief mengkritik Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam memperlakukan lawan-lawan politik. Tindak-tanduk Hasto dinilai seperti pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit.
Baca Juga: 'PDIP Vs The Rest', Survei: PDIP Jadi Partai Peraih Suara Non Muslim Terbanyak
Kritikan itu disampaikan Andi lewat akun Twitter pribadi @Andiarief__., Suara.com telah mengkonfirmasi dan mendapat izin mengutip pernyataan tersebut dari Andi Arief.
"Cara-cara Hasto memperlakukan lawan-lawan politik mirip cara-cara DN Aidit di tahun 1964," mata Andi Arief dikutip Kamis (13/10/2022).
Lebih lanjut, Andi menjelaskan penggunaan kata DN Aidit untuk menunjukkan kemiripan dengan apa yang dilakukan Hasto saat ini.
"Ya mirip memang, adu domba, kemudian cari muka, kriminalisasi, intinya seolah-olah paling berkuasa padahal tidak berkuasa," kata Andi Arief.
Andie menyebutkan segala kemiripan itu berdasarkan dengan apa yang ia baca dan ketahui dari sejarah. Menurutnya cara-cara berlebihan DN Aidit itu, saat ini sedang dilakukan oleh Hasto.
"Jadi mgambil hatinya, cari mukanya terlalu berlebihan tahun 1964. Setidaknya itulah yang saya pelajari dari sejarah dan sekarang sedang dipraktikkan oleh Hasto ini. Mirip," ujar Andi Arief.