Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ikut angkat bicara terkait pengakuan seseorang yang mengaku sebagai penjual es dawet terkait tragedi Kanjuruhan yang viral media sosial.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mengatakan, sejak berada di Malang, mereka turut mencari sosok pembuat rekaman suara itu. Hasilnya, mereka tidak menemukan sosok tersebut.
Diketahui, pengakuan sosok bersuara perempuan itu viral, menyebut dirinya sebagai penjual es dawet di kawasan Stadion Kanjuruhan dan mengaku mengetahui bagaimana tragedi Kanjuruhan terjadi.
"Apakah ada di sana dan lain sebagainya karena kami tiga kali ke Kanjuruhan, keliling dan cari tukang dawet. Dan bertanya kepada Aremania, kok bisa tukang dawet masuk stadion, itu gimana ceritanya, gitu loh dan mereka juga nyari," kata Anam kepada wartawan di kantor Komnas HAM, Jakarta pada Rabu (12/9/2022) kemarin.
Baca Juga: Diduga Trauma, Aremania Ini 11 Hari Bertahan di Kanjuruhan Tunggu 3 Temannya yang Sudah Meninggal
Karena tidak menemukannya, Anam meminta pihak kepolisian mencari sosok itu. Hal tersebut menjadi penting untuk membuktikan pengakuaannya, karena sudah dianggap meresahkan.
"Sepanjang yang kami lakukan (mencari), kami belum mendapatkannya. Sehingga kami mendorong teman-teman polisi untuk menemukan itu. Siapa yang membikin audio tukang dawet, termasuk juga ayok kita mulai dengan solidaritas dan menghormati korban, seluruh fakta kita cek kebenarannya," ujar Anam.
Viral Di Media Sosial
Mengutip dari Tangsel.suara.com--jaringan Suara.com, sebuah rekaman suara ibu-ibu yang mengaku penjual dawet di pintu 3 Stadion Kanjuruhan viral. Hal itu berdasarkan unggahan akun TikTok EL Natara.
Perempuan dalam rekaman suara menyebut Aremania sudah mabuk saat melihat laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Baca Juga: Dicecar Warganet Soal Penyebar Hoaks Tragedi Kanjuruhan, PSI: Ibu Penjual Dawet Bukan Pengurus
"Suporternya sebelumnya udah pada minum (mabuk) semua, yang meninggal pun itu banyak yang berbau alkohol, yang saya tolong pun (Aremania) ternyata itu pemabuk,” kata perempuan dalam video.
"Nah di pintu 3 sebelah kiri warung saya itu ada anak kecil terjepit, ditolong sama polisi, Pak Arif namanya, polisi asal Batu, terus si Pak Arif ini nolong melindungi tapi dipukuli kepalanya (sama suporter yang mabuk),” sambungnya.
Alkohol menurutnya mendorong para suporter menjadi tak terkendali, hingga dagangannya juga ikut jadi sasaran kemarahan. Dia mengaku juga menyelamatkan sejumlah anggota polisi.
“Kenapa saya tahu, karena saya selamatkan (Pak Arif) di toko saya, polisi ini. Malah saat itu dawet-dawet jualanku dihancurkan, “Ini dawet Mas, jangan! Jangan!," ujarnya.
Kabar Terbaru Penjual Es Dawet
Terbaru beredar kabar, sosok dalam rekaman suara itu terungkap. Hal itu berdasarkan klarifikasi dan permintaan seorang ibu-ibu yang dibagikan oleh akun Twitter @AremaniaCulture, Rabu (12/10/2022).
"Masih ingat rekaman suara yang viral memberikan kesaksian terkait tragedi di kanjuruhan dan mengaku sebagai penjual dawet?. Berikut video yang bersangkutan meminta maaf ke salah satu keluarga korban yaitu mas Nawi Curva Nord," tulis akun tersebut.
Dalam video, ibu-ibu berbaju coklat meminta maaf kepada salah satu keluarga Aremania yang mendapat fitnah.
Beredar kabar bahwa perempuan yang disebut berinisial SF itu anggota salah satu partai politik.
"Kabarnya yang bersangkutan adalah anggota salah satu anggota partai. Inisialnya SF bro and sist," tulis akun @AremaniaCulture.
Dijelaskan, perempuan yang disebut berinisial itu SF diduga anggota PSI. Inisialnya kemudian dikaitkan dengan nama Suprapti Fauzi yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPD PSI Kabupaten Malang.
Menanggapi nama anggotanya yang terseret hingga dituding memprovokasi Aremania, Ketua DPD PSI Kabupaten Malang, Yosea Suryo Widodo menyatakan bahwa Suprapti Fauzi sudah tak menjadi anggota partai.
"Ramai di media sosial tentang ibu yang mengaku sebagai 'penjual dawet' di Stadion Kanjuruhan yang menghebohkan. Kemudian sejumlah pihak menyebut ibu tersebut adalah anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ibu tersebut bukan pengurus PSI sejak 22 Juni 2020," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan.
Yosea menegaskan akan mengambil tindakan tegas jika namanya masih tercantum dalam daftar keanggotaan.
"Kami sedang mengecek di sistem keanggotaan PSI. Jika benar masih tercatat, kami segera pecat," katanya.
Dia mengatakan sejak awal mereka mendukung pengusutan kasus di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 132 korban. Mereka juga mengecam kejadian itu dan meminta pihak yang bertanggung jawab mendapat sanksi.