AS Beri Peringatan Keras ke Arab Saudi usai OPEC+ Umumkan Pengurangan Produksi Minyak

Diana Mariska Suara.Com
Rabu, 12 Oktober 2022 | 18:39 WIB
AS Beri Peringatan Keras ke Arab Saudi usai OPEC+ Umumkan Pengurangan Produksi Minyak
Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (kanan) menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Istana Al Salman, di Jeddah, Arab Saudi, Jumat 15 Juli 2022 [Bandar Algaloud/Saudi Royal Court/HO via REUTERS/as]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memperingatkan Arab Saudi akan adanya "konsekuensi" setelah kartel negara penghasil minyak yang dipimpin oleh negara tersebut dan Rusia mengumumkan rencana pemangkasan produksi minyak.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, pernyataan Biden disampaikan pada hari Selasa (11/10), atau sehari setelah ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Bob Menendez, mengatakan AS harus segera membekukan semua kerja sama dengan Arab Saudi, termasuk dalam penjualan senjata.

 “Akan ada konsekuensi dari apa yang telah mereka lakukan dengan Rusia,” kata Biden dalam sebuah wawancara dengan CNN. “Saya tidak akan membahas apa yang tengah saya pertimbangkan dan apa yang ada dalam pikiran saya, tetapi akan ada konsekuensi.”

Pekan lalu, organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC+) mengatakan akan memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per hari, sekaligus menentang tekanan dari AS.

Arab Saudi selaku pengekspor minyak utama dunia mengatakan keputusan itu bertujuan untuk menstabilkan pasar minyak, dan bukan untuk menaikkan harga, di tengah kenaikan suku bunga oleh bank sentral dan adanya potensi resesi global.

Namun, para kritikus berpendapat pembatasan produksi akan menaikkan harga minyak secara global dan menghasilkan keuntungan lebih besar bagi Rusia untuk mendanai perangnya di Ukraina.

Langkah itu juga dipandang sebagai tantangan bagi pemerintahan Biden yang tengah bersiap menyambut pemilihan paruh waktu bulan depan.

“Kejadian ini tampaknya menguntungkan bagi musuh politik Presiden [Biden] di AS,” kata Kimberly Halkett dari Al Jazeera. “Harga energi yang tinggi tidak baik untuk presiden secara politik,” tambahnya.

Namun, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, pada hari Selasa membela keputusan itu dan mengatakan langkah tersebut "sepenuhnya untuk kepentingan ekonomi dan disepakati oleh negara-negara anggota [OPEC]".

Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga membela rencana pengurangan produksi tersebut dengan mengatakan "keputusan kami ... tidak ditujukan terhadap siapa pun".

“Tindakan kami bertujuan untuk memastikan stabilitas di pasar energi global dan menciptakan rasa tenang, stabil, dan percaya diri bagi konsumen sumber daya energi dan pihak-pihak yang berurusan dengan produksi dan pasokan. [Dengan demikian, keputusan ini] akan membantu menyeimbangkan pasokan dan permintaan,” tambah Putin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI