Suara.com - Tragedi Kanjuruhan membuat institusi Polri berbondong-bondong mengerahkan kekuatannya untuk memperbaiki citra mereka. Tak semuanya memberikan kesan positif, beberapa aksi Polri ini justru menuai kontroversi.
Mulai dari cuitan, kompetisi, hingga imbauan membuat warganet ramai-ramai menilai polisi telah blunder untuk membela diri dari tragedi yang menewaskan 132 jiwa tersebut.
Divisi Humas Polri jadi bagian yang paling disorot karena perbaikan citra ini banyak keluar dari divisi yang dipimpin oleh Irjen Dedi Prasetyo tersebut. Berikut deretan aksi polisi yang dinilai blunder.
1. Bikin Lomba Artikel
Baca Juga: FIFA Kumpulkan Data untuk Memastikan Sepak Bola Indonesia Aman Pasca Tragedi Kanjuruhan
Polri kembali disorot usai membagikan informasi pengadaan lomba artikel bertema "bebas tentang polri" untuk para jurnalis dan wartawan. Ini dibagikan melalui akun Twitter Divisi Humas Polri pada Jumat (7/10/2022).
"Halo Sobat Polri..
Pendaftaran Lomba Menulis Artikel Berita Polri 2022 kembali dibuka. Lomba diadakan untuk para Jurnalis/ Wartawan yg akan berlangsung mulai tanggal 5 -18 Oktober 2022 dengan tema : BEBAS “TENTANG POLRI”.
Ayo segera daftarkan karyamu.Jangan sampai kelewatan," demikian keterangan cuitan tersebut.
Informasi ini kemudian dikomentari ribuan warganet. Ada dari mereka yang khawatir ditangkap dengan tema bebas tersebut.
Menariknya, beberapa hari sebelumnya Polri sempat mengunggah informasi lomba artikel ini namun dengan tema yang mengarah kepada kebaikan instansi tersebut. Kemudian direvisi menjadi bertema bebas asal tentang Polri.
2. Pamer Video 'Kesigapan Polri'
Divisi Humas Polri membagikan video dengan keterangan "KESIGAPAN POLRI EVAKUASI KORBAN KANJURUHAN" pada Senin (3/10/2022). Namun unggahan ini justru dihujat warganet.
Video berdurasi 72 detik itu sudah ditonton lebih dari 1,3 juta kali. Di dalamnya tertulis sejumlah keterangan, seperti para personel Polri yang bekerja sama membantu para korban di Stadion Kanjuruhan.
Video Polri pamer kesigapan itu malah menerima hujatan dari para warganet. Tak sedikit yang menyinggung mengapa aksi penembakkan gas air mata tidak disertakan dalam video.
3. Bikin Komik Duka Kanjuruhan
Di hari yang sama, kemarin Jumat, akun Twitter Divisi Humas Polri juga membagikan komik sportivitas. Di dalamnya, tersirat pesan seolah tragedi Kanjuruhan merupakan akibat fanatisme yang berlebihan.
"DUKA SEPAK BOLA INDONESIA. Duka yang mendalam untuk semua korban dari tragedi ini. Cukuplah ini menjadi yang terakhir dan dari sini, kita semua bisa belajar dan memperbaiki diri. Demi sepak bola yang lebih baik," keterangan unggahan komik tersebut.
Adapun berikut selengkapnya mengenai rincian tulisan yang terdapat dalam komik itu. Jumlah gambar yang dibagikan sendiri sebanyak empat buah.
Gambar 1: Permainan sepak bola bagi banyak orang adalah wujud identitas dan juga kebanggaan kelompok.
Gambar 2: Tapi permainan tetaplah permainan. Menang-kalah adalah hal yang biasa dan fanatisme harusnya tetap terukur, terarah, dan dibarengi dengan logika.
Gambar 3: Dengan semangat sportifitas, sepakbola takkan jadi pemicu untuk perpecahan "lawan" hanya di lapangan. Di luar itu kita semua adalah kawan.
Gambar 4: Itu adalah harapan kita semua. Namun, kenyataannya tragedi Kanjuruhan terjadi dan banyak manusia terenggut begitu saja.
Unggahan ini juga memicu amarah warganet. Ada yang kesal karena polisi kerap menyalahkan suporter dan ada pula yang menyebut unggahan itu sebagai aksi 'cuci tangan' dengan menyelipkan tokoh berseragam polisi sebagai pembawa perdamaian.
4. Gas Air Mata Tidak Mematikan?
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan itu berdasar penjelasan ahli dan dokter spesialis. Menurutnya, tak ada satupun korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan akibat gas air mata.
"Dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata. Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen, karena apa? Terjadi berdesak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen," kata Dedi kepada wartawan, Senin (10/10/2022).
Dedi menyebut efek gas air mata pada dasarnya hanya akan menimbulkan iritasi. Namun, tidak sampai menyebabkan kematian.
"Sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," katanya.
Namun klaim ini kemudian dipertanyakan kembali, kalaupun gas air mata tidak mematikan tapi aksi aparat menembakkannya ke arah tribun menjadi salah satu penyebab kekacauan.
"Mengapa gas air mata itu dipergunakan dalam situasi di mana tidak jelas, apakah sedang terjadi kerusuhan atau hanya ekspresi berlebihan suporter yang turun ke lapangan?," kata Anggota Komisi III DPR RI Arsul Sani kepada wartawan, Rabu (12/10/2022).
Menurut Arsul pernyataan itu kurang pas disampaikan. Apalagi apa yang disampaikan bukan menjadi persoalan pokok tragedi.
"Jadi hemat saya sebagai anggota Komisi III tidak pas kalau Divisi Humas Polri kemudian masuk ke ruang komunikasi publik yang bukan merupakan persoalan pokok dalam tragedi Kanjuruhan," kata Arsul.
5. Botol Miras Bersegel Ternyata Obat Ternak
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo menyebut berdasar hasil investigasi ditemukan sebanyak 46 botol miras ukuran 550 ml di Stadion Kanjuruhan. Temuan itu saat polisi menyelidiki soal aksi perusakan dan pembakaran saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.
"Sisa botol miras oplosan yang telah diminum di tribun itu telah dilakukan pengambilan dan pemeriksaan oleh tim Laboratorium Forensik (Labfor)," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (8/10/2022).
Belakangan terungkap bahwa temuan botol-botol yang masih penuh dan tertutup rapat itu bukanlah miras melainkan obat ternak untuk PMK (Penyakit Mulut dan Kuku).
Kadispora Kabupaten Malang Nazarudin Hasan Seliant yang berkantor di Stadion Kanjuruhan mengatakan bahwa botol-botol yang fotonya ditunjukkan ke publik tersebut adalah obat ternak produk temuan Kadispora.
"Ditemukan dua kardus botol minuman di resepsionis Dispora, saya nyatakan itu bukan miras. Itu adalah temuan oleh pemuda pelopor kita untuk pengobatan penyakit PMK. Jadi berita yang beredar (miras) itu tidak benar," kata Nazarudin.