Menurutnya, AMR adalah pandemi yang sunyi, sehingga kapasitas sistem pengambilan sampel dan laboratorium untuk menghasilkan data dengan cepat dan dengan standar tinggi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa.
“Pengawasan nasional, dengan koordinasi One Health di seluruh sistem, sangat penting untuk menginformasikan pemberian dan kebijakan perawatan kesehatan. Inggris bangga dapat berkolaborasi dengan Indonesia saat kita semua mengatasi ancaman mematikan ini,” ujar Matt.
Selain menunjang alat kesehatan dan kualitas laboratorium, pemerintah Inggris juga meningkatkan kualitas SDM di BBLK, untuk menunjang kemampuan tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas sebagai laboratorium rujukan dan surveilans.
“Ini juga dilakukan untuk memperkuat sistem koordinasi pemerintah melalui AMR One Health. Di sini tenaga kesehatan dibekali keterampilan untuk mengolah data dari permasalah AMR, sehingga bisa melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Di sisi lain, ia menambahkan, BBLK Surabaya sebagai lab rujukan nasional pengendalian resistensi antimikroba (AMR) akan mampu mengetahui jenis kuman dalam waktu hanya 15 menit, sehingga memudahkan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien secara cepat dan akurat. Hal itu didukung dengan peralatan canggih yang dibantu Fleming Fund, yaitu BioMerieux VITEK MS atau yang juga dikenal sebagai MALDI-TOF.
“Alat ini lebih cepat mendeteksi kuman dan mikoba, yaitu hanya 15 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode lain yang membutuhkan waktu 4 jam,” pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK RI, Agus Suprapto, Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Yanti Herman, Konsul Kehormatan Inggris, Ivy Kamadjadja, Kepala BBLK Surabaya, Budi Sylvana, jajaran Kepala OPD terkait Pemprov Jatim.