Suara.com - Laboratorium Anti Microbacterial Resistance (AMR) diharapkan makin menguatkan kualitas layanan kesehatan di Jawa Timur dan maupun level nasional, baik dari sisi alat dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kesehatannya.
Hal itu diungkapkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, saat meresmikan Laboratorium AMR, bersama Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing, di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, Jatim, Selasa (11/10/2022).
“Pada posisi inilah, Laboratorium AMR semakin menguatkan kualitas layanan kesehatan, baik di Jawa Timur dan nasional, baik dari sisi alat dan peningkatan kapasistas SDM kesehatannya,” ujar Gubernur Khofifah.
Ia menambahkan, fasilitas ini menjadi penguat layanan kesehatan di Jatim, seiring dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yakni reformasi sistem kesehatan nasional.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Berharap Investigasi Insiden Kanjuruhan Segera Selesai
Laboratorium AMR merupakan hasil kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Inggris bersama Kementerian Kesehatan RI dalam pengendalian AMR di Indonesia.
Melalui hibah dari The Fleming Fund, pendirian laboratorium ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan negara dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis infeksi resisten obat dengan titik berat pada infeksi bakteri, serta memperbaiki data surveilans, agar dapat digunakan untuk menentukan kebijakan tingkat nasional dan internasional.
Pengendalian AMR atau resistensi antibiotik akibat mikroba dinilai penting saat ini, karena terbukti menjadi pandemi senyap yang berbahaya.
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, setiap tahun, sebanyak 1,27 juta orang meninggal dunia karena infeksi akibat resisten terhadap obat antibiotik. Pada 2050, resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia.
Di masa depan, resistensi antimikroba diprkirakan menyumbang 10 juta kematian per tahun, dan akan menyumbang jumlah kematian tertinggi di kawasan Asia.
Guna mencegah prediksi itu menjadi nyata, maka dibutuhkan Laboratorium AMR yang bisa melakukan deteksi dan upaya pencegahan meluasnya resistensi antimikroba.
“Dengan adanya Laboratorium AMR di Jatim, maka hal ini menjadi bagian dari update langkah antisipatif yang sangat strategis. Kami sangat berterima kasih pada Fleming Fund dan Wakil Duta Besar Inggris, Matthew Downing,” ucapnya.
Peresmian laboratorium ini bertepatan dengan HUT Pemerintah Provinsi Jatim ke-77, sehingga menurut Gubernur Khofifah, tak ubahnya sebuah hadiah yang indah.
“Kehadiran lab ini bukan hanya rujukan bagi tingkat regional saja, melainkan secara nasional, yang mana Jatim adalah pintu gerbang menuju Indonesia Timur,” tuturnya
Khofifah pun optimistis, kehadiran Laboratorium AMR ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan derajat kualitas layanan kesehatan masyarakat.
“Insyaallah, ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas derajat kesehatan masyarakat dan langkah antisipasi dari kemungkinan bakteri dan virus,” tandasnya.
Sementara itu, Matthew Downing mengungkapkan, laboratorium rujukan AMR di Indonesia hanya ada 2 dan salah satunya ada di Surabaya.
Menurut Matthew, AMR adalah ancaman bagi kesehatan dunia. Menurutnya, jika Covid-19 adalah tsunami, maka AMR diibaratkan naiknya permukaan air laut tanpa batas dan bisa menenggelamkan kota semua.
“Dalam semangat Presidensi G20, pemerintah Inggris bersama The Fleming Fund bertekat sama untuk memastikan bahwa langkah antisipatif dampak AMR menjadi kepentigan global,” katanya
“Saya bangga bisa berkolaborasi dengan Indonesia. Kami adalah mitra BBLK, yang mampu memperbanyak keberadaan laboratorium serta meningkatkan kualitasnya,” imbuhnya.
Menurut Matthew, Fleming Fund Country Grant dari pemerintah Inggris untuk Indonesia telah mendukung Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dengan investasi mencapai total Rp6,2 miliar untuk renovasi, instrumen canggih dan penguatan kapasitas laboratorium termasuk pelatihan penting.
Menurutnya, AMR adalah pandemi yang sunyi, sehingga kapasitas sistem pengambilan sampel dan laboratorium untuk menghasilkan data dengan cepat dan dengan standar tinggi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa.
“Pengawasan nasional, dengan koordinasi One Health di seluruh sistem, sangat penting untuk menginformasikan pemberian dan kebijakan perawatan kesehatan. Inggris bangga dapat berkolaborasi dengan Indonesia saat kita semua mengatasi ancaman mematikan ini,” ujar Matt.
Selain menunjang alat kesehatan dan kualitas laboratorium, pemerintah Inggris juga meningkatkan kualitas SDM di BBLK, untuk menunjang kemampuan tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas sebagai laboratorium rujukan dan surveilans.
“Ini juga dilakukan untuk memperkuat sistem koordinasi pemerintah melalui AMR One Health. Di sini tenaga kesehatan dibekali keterampilan untuk mengolah data dari permasalah AMR, sehingga bisa melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Di sisi lain, ia menambahkan, BBLK Surabaya sebagai lab rujukan nasional pengendalian resistensi antimikroba (AMR) akan mampu mengetahui jenis kuman dalam waktu hanya 15 menit, sehingga memudahkan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien secara cepat dan akurat. Hal itu didukung dengan peralatan canggih yang dibantu Fleming Fund, yaitu BioMerieux VITEK MS atau yang juga dikenal sebagai MALDI-TOF.
“Alat ini lebih cepat mendeteksi kuman dan mikoba, yaitu hanya 15 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode lain yang membutuhkan waktu 4 jam,” pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK RI, Agus Suprapto, Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Yanti Herman, Konsul Kehormatan Inggris, Ivy Kamadjadja, Kepala BBLK Surabaya, Budi Sylvana, jajaran Kepala OPD terkait Pemprov Jatim.