Resmikan Laboratorium AMR, Gubernur Khofifah: Jadi Penguat Peningkatan Layanan Kesehatan Jatim dan Nasional

Rabu, 12 Oktober 2022 | 11:44 WIB
Resmikan Laboratorium AMR, Gubernur Khofifah: Jadi Penguat Peningkatan Layanan Kesehatan Jatim dan Nasional
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, saat meresmikan Laboratorium AMR, bersama Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing. (Dok: Pemprov Jatim)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Laboratorium Anti Microbacterial Resistance (AMR) diharapkan makin menguatkan kualitas layanan kesehatan di Jawa Timur dan maupun level nasional, baik dari sisi alat dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kesehatannya.

Hal itu diungkapkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, saat meresmikan Laboratorium AMR, bersama Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing, di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, Jatim, Selasa (11/10/2022).

“Pada posisi inilah, Laboratorium AMR semakin menguatkan kualitas layanan kesehatan, baik di Jawa Timur dan nasional, baik dari sisi alat dan peningkatan kapasistas SDM kesehatannya,” ujar Gubernur Khofifah.

Ia menambahkan, fasilitas ini menjadi penguat layanan kesehatan di Jatim, seiring dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yakni reformasi sistem kesehatan nasional.

Laboratorium AMR merupakan hasil kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Inggris bersama Kementerian Kesehatan RI dalam pengendalian AMR di Indonesia.

Melalui hibah dari The Fleming Fund, pendirian laboratorium ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan negara dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis infeksi resisten obat dengan titik berat pada infeksi bakteri, serta memperbaiki data surveilans, agar dapat digunakan untuk menentukan kebijakan tingkat nasional dan internasional.

Pengendalian AMR atau resistensi antibiotik akibat mikroba dinilai penting saat ini, karena terbukti menjadi pandemi senyap yang berbahaya.

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, setiap tahun, sebanyak 1,27 juta orang meninggal dunia karena infeksi akibat resisten terhadap obat antibiotik. Pada 2050, resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia.

Di masa depan, resistensi antimikroba diprkirakan menyumbang 10 juta kematian per tahun, dan akan menyumbang jumlah kematian tertinggi di kawasan Asia.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Berharap Investigasi Insiden Kanjuruhan Segera Selesai

Guna mencegah prediksi itu menjadi nyata, maka dibutuhkan Laboratorium AMR yang bisa melakukan deteksi dan upaya pencegahan meluasnya resistensi antimikroba.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI