Wacana Pilkada Dipilih Lewat DPRD, Moeldoko: Dilihat Regulasinya

Selasa, 11 Oktober 2022 | 19:25 WIB
Wacana Pilkada Dipilih Lewat DPRD, Moeldoko: Dilihat Regulasinya
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. (KSP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko turut merespons wacana pemilihan kepala daerah (Pilkada) dipilih melalui DPRD yang diembuskan MPR.

Menurutnya, semua perlu merujuk pada regulasi yang ada saat ini.

"Ya dilihat regulasinya," kata Moeldoko di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Pada kesempatan yang sama, Wiranto selaku Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto enggan berkata banyak. Menurut dia, semuanya telah dijelaskan di MPR.

Baca Juga: Pilkada Tetap Langsung, Komisi II: Pemilihan Lewat DPRD Tak Jamin Hilangkan Perilaku Korup Kepala Daerah

"Sudah saya jelaskan di MPR kemarin. Sudah ya. Ngulang-ngulang saja," singkat Wiranto.

Sebelumnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo, yang biasa disapa Bamsoet, sempat menyinggung tentang evaluasi terhadap sistem demokrasi atau sistem pemilihan umum. Bamsoet menegaskan pemilihan umum yang dimaksud ialah, Pilkada bukan Pilpres.

"Jadi bukan pilpres atau pilegnya, tapi kita lebih kepada pilkada. Pemilu pilkadanya," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/10/2022).

Bamsoet mengatakan, pembahasan tentang evaluasi sistem pilkada dari langsung menjadi dipilih lewat DPRD itu baru sebatas diskusi bersama Wantimpres.

Ia menyoroti, salah satu alasan yang menjadi dasar dibahasnya evaluasi sistem Pilkada. Salah satunya ialah banyak kepada daerah yang korupsi. Perilaku korupsi itu disinyalir tidak terlepas dari biaya politik yang tinggi.

Baca Juga: Bawaslu Padang Ajukan Anggaran Rp 16 Miliar untuk Pilkada 2024

Biaya politik tinggi untuk mengikuti pemilihan itu yang kemudian bisa menjadi pemicu kepala daerah terpilih berperilaku korup.

"Masih banyak korupsi kepala daerah yang ditangkap kemudian banyak pengusaha yang mengeluh dengan sistem pemilihan langsung di daerah.

"Ini rata-rata dia harus menyumbang tidak hanya satu calon tapi dua, tiga calon di daerah yang sama. Kalau di beberapa daerah pada saat yang sama serentak ini pusing lah barang itu," sambung Bamsoet.

MPR dan Wantimpres dikatakan Bamsoet, tentu akan melibatkan para akademisi dan pihak-pihak terkait yang memang ahli di bidangnya untuk mengkaji permasalahan tersebut lebih lanjut. Hasil kajian itu nantinya diharapkan dapat disampaikan ke DPR untuk kemudian dibuat aturan perundang-undangnya.

"Jadi kita persilakan nanti DPR untuk mengkajinya kembali. Apakah sistem Pemilu yang hari ini kita jalankan, lebih banyak manfaatnya atau justru lebih banyak mudaratnya," kata Bamsoet.

Sementara itu, Ketua Wantimpres Wiranto mempertegas bahwa evaluasi sistem Pilkada secara langsung itu memang masih bahasan awal.

"Kita bicara dalam tatanan kebijakannya, bukan tatanan operasional. Jadi kembali tadi masalah teknis tentu tidak kami bicarakan ya," ujar Wiranto.

Bahas Evaluasi Sistem Demokrasi

Sebelumnya, pimpinan MPR menerima kunjungan dari sejumlah anggota Wantimpres. Dalam pertemuan itu, kedua pihak turut sistem demokrasi hingga sistem pemilihan umum. Bamsot mengatakan, pertemuan juga membahas permasalahan-permasalahan bangsa dan krisis global. Mulai dari krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan.

"Kita juga bicara sistem demokrasi. Kita sepakat demokrasi pasca demokrasi perlu kita kaji. Apa sistem yang kita pilih hari ini lebih banyak manfaat atau mudarat," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/10/2022).

Bamsoet mengatakan ada kecenderungan yang harus diwaspadai apabila sistem demokrasi saat ini tetap dipertahankan. Salah satunya ialah korupsi.

"Karena semangat kita berantas dan mengurangi korupsi. Apa iya kalau demokrasi hari ini mampu menekan perilaku korup yang makin meningkat?" kata Bamsoet.

Karena itu, ia memandang perlu adanya evaluasi terhadap sistem demokrasi yang ada saat ini.

"Saya yakin tidak cukup. Lima lembaga KPK pun saya yakin tidak mampu berantas korup kalau sistem demokrasi tidak kita evaluasi," sambung Bamsoet.

Sementara itu Ketua Wantimpres, Wiranto mengatakan bahwa pihaknya sebagai bagian dari pemerintah memiliki posisi untuk memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden.

Tentu nasihat dan pertimbangan itu terkait dengan apa yang menjadi pembahasan dengan pimpinan MPR. Semisal bagaimana menghadapi krisis ke depan yang memang perlu diantisipasi.

"Perbincangan kita juga banyak menyangkut persiapan kita sebagai bangsa . Untuk sikapi itu sesuai keinginan presiden bahwa harus kita hadapi bersama, hadapi krisis unpredictable," kata Wiranto.

"Nah perbincangan juga banyak menyangkut kesiapan kita hadapi itu," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI