Penjual Dawet hingga Kericuhan di Tribun Jadi Hoaks Terparah dalam Tragedi Kanjuruhan

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 11 Oktober 2022 | 14:51 WIB
Penjual Dawet hingga Kericuhan di Tribun Jadi Hoaks Terparah dalam Tragedi Kanjuruhan
Momen Bos Arema gelar 7 harian korban tragedi Kanjuruhan (Instagram/@shandypurnamasari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah tragedi Kanjuruhan yang masih menjadi topik pembicaraan, ada sejumlah informasi yang tidak sesuai fakta atau hoaks. Hal ini tentunya dapat menyesatkan banyak pihak, terlebih para pengguna media sosial.

Sikap pihak kepolisian yang dinilai tidak terbuka saat awal tragedi Kanjuruhan ini diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya hoaks di kalangan masyarakat. 

Adapun deretan hoaks soal tragedi Kanjuruhan selengkapnya bisa diketahui melalui poin-poin berikut.

1. Tidak Ada Saksi Penjual Dawet

Baca Juga: Ketum PSSI Iwan Bule Ingat Sholat di Sela Pertemuan dengan Tim TGIPF terkait Insiden Kanjuruhan

Sempat beredar di media sosial, sebuah video rekaman seorang wanita yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan. Tepatnya saat tragedi mengenaskan itu terjadi.

Dalam video, wanita itu bersaksi bahwa tragedi yang menelan ratusan nyawa disebabkan oleh aksi Aremania yang berdesak-desakan. Suporter ini juga disebut melakukan kekerasan saat mencoba keluar dari stadion.

Lebih lanjut, ia mengatakan ada suporter yang memukuli seorang polisi. Padahal petugas itu disebutnya tengah mencoba menyelamatkan anak kecil dari kerumunan massa.

Ia juga mengklaim memberi pertolongan kepada polisi itu dengan membawanya ke toko dawet miliknya. Namun, lanjutnya, suporter masih terus mengejar dan masih berusaha memukul memakai gentong dawet.

Menurutnya, kekerasan itu terjadi lantaran para Aremania mengonsumsi minuman keras dan obat terlarang. Namun, setelah ditelusuri, informasi tersebut hanyalah hoaks.

Baca Juga: 131 Orang Meninggal Dunia, Sutiaji Pastikan Keluarga Korban Kanjuruhan Terima Santunan

Rupanya di sekitar pintu 3 Stadion Kanjuruhan tidak ada penjual dawet. Salah satu Aremania, Achmad Gozali juga mengungkapkan pernyataan serupa. Ia membantah semua yang diucapkan wanita tersebut.

2. Anggota TNI Tendang Suporter hingga Tewas

Video anggota TNI yang menendang seorang suporter Arema FC sempat tersebar luas di media sosial. Begitu viral, muncul narasi yang menyebut jika Aremania itu telah tewas.

Namun, setelah dicari tahu faktanya, narasi itu hoaks. Sebab, di dalam video viral tersebut, suporter yang ditendang TNI tampak mengenakan baju hitam lengan pendek.

Sedangkan foto jenazah suporter meninggal yang diunggah terlihat memakai kaus hitam lengan panjang. Lalu, yang semakin menguatkan jika itu hoaks adalah konfirmasi rekannya.

Ia mengatakan suporter yang ditendang anggota TNI itu masih dalam keadaan sehat. Di sisi lain, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa akan mengusut tuntas aksi berlebihan yang dilakukan anggotanya itu.

3. Kericuhan di Tribun Jadi Penyebab Tragedi Kanjuruhan

Dalam video yang bernarasi seorang petugas berseragam memukul suporter beredar di media sosial. Aksi ini kemudian disebut sebagai penyebab kemarahan suporter lain hingga tragedi Kanjuruhan terjadi.

Namun faktanya, narasi itu diketahui hoaks. Berdasarkan penelusuran, foto dan video tersebut tidak ada hubungannya dengan tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Unggahan itu justru menampilkan kericuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan pada tahun 2018 lalu. Tepatnya saat laga antara Arema FC melawan Persib Bandung.

4. Pemain Liga 1 Lakukan Aksi Teatrikal Tragedi Kanjuruhan

Sebuah video yang menampilkan pemain klub Ligue 1, Toulouse dan Montpellier, menutup hidung serta mata mereka menggunakan jersei sempat beredar di media sosial.

Akun Facebook yang mengunggah video mengatakan bahwa itu merupakan bentuk aksi teatrikal untuk menyinggung Polri yang menembakkan gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan.

Namun narasi dalam video itu rupanya tidak benar dan bukan aksi teatrikal tragedi Kanjuruhan. Para pemain menutup hidung dan mata dengan jersei lantaran ada suporter yang melepaskan gas air mata ke lapangan. 

5. FIFA Beri Sanksi Hentikan PSSI 

Menyusul terjadinya tragedi Kanjuruhan, muncul narasi yang menyebut bahwa FIFA telah memberikan sanksi kepada PSSI. Sanksi ini berupa pembekuan sementara, yakni selama 8 tahun.

Namun, dilihat di laman resminya, FIFA hanya menyampaikan ucapan belasungkawa. Tidak ada pernyataan mengenai sanksi, termasuk menghentikan PSSI yang sempat tersebar luas di media sosial.

6. FIFA Batalkan Status Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Sebuah unggahan di media sosial juga menyebut jika FIFA memberikan sanksi dengan membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 mendatang.

Narasi itu ternyata hoaks. Sebab hingga saat ini, FIFA belum memberikan sanksi apapun, termasuk mencabut keputusan pelaksanaan Piala Dunia U20 2023.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI