Suara.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membela Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang dianggap publik melindungi Polri lantaran tidak menyinggung gas air mata sebagai penyebab tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Menurut Mahfud, Jokowi juga menilai kalau gas air mata menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya korban meninggal dunia.
Awalnya publik kecewa dengan sikap Jokowi karena hanya menyebut struktur stadion yang menjadi penyebab banyaknya korban jiwa dalam tragedi maut tersebut.
"Nah, ketika presiden melihat lapangan, lalu melihat, oh ini kuncinya, ini terlalu curam, pintunya dikunci, kan begitu saja. Itu sebagai tambahan saja," kata Mahfud.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu lantas menerangkan kalau Jokowi juga menyinggung terkait gas air mata hingga soal regulasi pertandingan sepak bola di Tanah Air.
"Tapi substansi pandangan presiden itu sudah dipidatokan hari Minggu dan hari Senin bahwa itu masalah gas air mata, masalah regulasi, masalah kedisiplinan, dan macam-macam," ucapnya.
Disinggung Fadli Zon
Anggota DPR RI Fadli Zon meminta Presiden Jokowi berbicara apa adanya terkait tragedi Kanjuruhan. Tidak perlu menyalahkan fasilitas atau kondisi Stadion Kanjuruhan, lalu melupakan gas air mata yang ditembakan polisi kepada para suporter.
Seperti diketahui, Jokowi menjadi sorotan lantaran pernyataanya yang menyalahkan pintu terkunci hingga tangga Stadion Kanjuruhan. Tetapi Jokowi luput soal gas air mata.
Baca Juga: Bocah Nonton Arema Pertama Kali, Tabung Uang Jajan Malah Berakhir Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan
"Ini kan ada solidaritas sepak bola sedunia, jadi sebaiknya apa adanya, kalau salah ya salah saja. Menurut saya jelas penggunaan gas air mata itu salah dan harus ada yang bertanggung jawab dan harus ada yang dihukum," kata Fadli Zon dikutip Jumat (7/10).
Sementara itu terkait pernyataan Jokowi yang terkesan menyalahkan kondisi Stadion Kanjuruhan, Fadli berpandangan hal itu tidak benar.
Konstruksi stadion tidak bisa disalahkan begitu saja. Mengingat sebelumnya stadion yang sama juga diselenggarakan pertandingan sepak bola dan tidak terjadi tragedi.
"Selama ini kan bukan ini yang pertama kali dipakai kan? dan rasanya sih soal urusan tangga dan terkunci itu enggak akan mematikan," kata Fadli.
Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Santoso menyatakan bahwa pernyataan Presiden Jokowi soal tragedi Kanjuruhan kurang bijak.
Pasalnya, Jokowi justru hanya menyoroti soal pintu hingga tangga stadion. Jokowi sama sekali tidak menyinggung penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisian.
Ramai netizen menilai Jokowi pasang badan untuk polisi karena pernyataannya tersebut. "Kurang bijaksana," kata Santoso kepada wartawan, Kamis (6/10).
Padahal kata Santoso, tragedi Kanjuruhan harus digunakan Polri untuk melakukan perbaikan dalam penanganan massa. Satu di antaranya ialah menghindari penggunaan gas air mata kepada rakyat.
"Jangan lagi bersifat represif, harus mengutamakan soft power. Jangan ada lagi gas air mata yang dibeli dari pajak yang rakyat bayarkan digunakan untuk membunuh rakyat," ujar Santoso.
Jokowi Pasang Badan
Pernyataan Jokowi mengenai penyebab tragedi Kanjuruhan banyak menuai kritikan. Pasalnya, presiden Jokowi menyebut bahwa salah satu problem yang mengundang kematian ratusan suporter Arema adalah pintu stadion yang tertutup.
Jokowi sama sekali tak menyebutkan bahwa gas air mata yang dilemparkan polisi menjadi penyebab paling krusial. "Itu nanti tim gabungan independen pencari fakta yang harus melihat secara detail," ujar Jokowi.
"Tetapi sebagai gambaran tadi yang saya lihat problemnya ada di di pintu yang terkunci, dan juga tangga yang terlalu tajam," imbuhnya.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa perlunya ada standar yang ditetapkan pada stadion sepak bola.
"Itu saya hanya melihat lapangannya, tetapi itu akan disimpulkan tim gabungan pencari fakta," kata dia.
"Kalau kita lihat di GBK dengan penonton 80 ribu orang dibuka 15 menit keluar semua, saya rasa standar itu yang harus kita miliki."