Suara.com - Respons polisi Amerika Serikat (AS) yang meminta maaf atas kematian George Flyod mendapatkan perhatian dari warganet Indonesia. Warganet pun membandingkan sikap polisi negara adidaya tersebut dengan respons polisi di Indonesia, khususnya terkait tragedi Kanjuruhan.
Perbandingan yang dilakukan warganet itu pun langsung menjadi viral dan menuai banyak respons. Tak sedikit yang membenarkan cuitan itu dan turut menyentil kepolisian Republik Indonesia.
Sebagai informasi, George Floyd adalah warga AS berkulit hitam yang tewas karena diduga menjadi korban rasisme polisi. Kematian Floyd tersebut telah memicu gerakan demonstrasi besar-besaran yang dikenal dengan "Black Lives Matter".
Detik-detik tewasnya Flyod itu sendiri terekam warga dan menjadi viral hingga memicu kemarahan warga AS. Saat itu, Flyod ingin membeli rokok dan diduga memakai uang palsu oleh petugas toko. Polisi kemudian datang atas laporan kriminal tersebut.
Baca Juga: Tangkal Kegaduhan, DPR Minta TGIPF Tragedi Kanjuruhan Bekerja Dalam Senyap
Polisi meminta Flyod keluar dari mobil dan ditodong pistol ketika masih di dalam mobil. Derek Chauvin, mantan perwira polisi tersebut menarik Flyod keluar dari mobil dan dijatuhkan setelah diborgol.
Tak berhenti di situ, Chauvin menempatkan lututnya di leher dan kepala Floyd. Petugas lainnya memegang punggung dan mengamankan kaki Floyd.
Dalam video yang tersebar, George terlihat tak memberi perlawanan. Ia mengatakan bahwa dirinya tak bisa bernafas. Namun kata-katanya tak digubris oleh petugas. Floyd akhirnya meninggal dunia karena kehabisan nafas diinjak polisi.
Respons Polisi Amerika atas kasus George Floyd
Atas kasus tersebut, Chauvin dipecat dari Kepolisian Minneapolis dan ditangkap pada 2020. Ia dijerat dengan pasal pembunuhan pangkat tiga, pembunuhan pangkat dua, dan pembunuhan tak berencana tingkat dua.
Baca Juga: Suasana Duka Tragedi Kanjuruhan, Khofifah Batalkan Pesta Hari Jadi Jatim
Chavin divonis penjara 22 tahun penjara dan 6 bulan kurungan atas kesalahannya. Rekan Chauvin pun ditangkap dan diadili. Ia divonis bersalah atas penyalahgunaan Anda terhadap posisi, kepercayaan dan otoritas dan kekejaman.
Keadilan atas kematian Floyd itu bisa ditegakkan berkat gerakan demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat Amerika. Butuh waktu yang lama sampai bisa membuat dua polisi tersebut dihukum pidana.
Tak hanya itu, polisi juga serempak berlutut dan meminta maaf atas kematian Floyd baru-baru ini. Mereka turut mengenang kematian Flyod yang dilakukan oleh rekan sejawat mereka.
Dibandingkan dengan Polisi Indonesia
Sikap polisi Amerika yang meminta maaf dan menyadari sikapnya salah itu dijadikan perbandingan oleh warganet terhadap aksi polisi Indonesia di tragedi Kanjuruhan.
Warganet sendiri membandingkan karena sejauh ini pihak kepolisian belum meminta maaf atas penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, di mana gas air mata itu telah memicu kepanikan yang akhirnya menewaskan 131 orang.
Media asing juga sudah ramai memberitakan bagaimana polisi Indonesia sangat tidak terlatih dalam mengendalikan massa. Bahkan, media asing juga menyebut polisi Indonesia hampir tak pernah dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan mereka.
Warganet pun menyarankan Kepolisian Republik Indonesia untuk meminta maaf secara terbuka. Ia menambahkan paling tidak jajaran Polda Jatim atau Polres Malang.
“Dari pada naikkan aneka hestek dan menggunakan buzzeRp seperti Ade Armando dkk, langkah seperti ini lebih efektif mengembalikan kepercayaan masyarakat ke polisi. Iya nga sih?” tulis warganet sambil membagikan respons polisi Amerika.
Cuitan itu ternyata mendapatkan banyak dukungan warganet lainnya. Tak sedikit yang turut menyentil sikap Porli yang dinilai saling lempar tanggung jawab di tragedi Kanjuruhan.
“Yang ada mereka saling berkelit melempar tanggung jawab seakan-akan nyawa 100 orang tidak ada artinya dengan tahta dan harta mereka. Satu kata miris lebih takut kehilangan jabatan dan hartanya meskipun tangan mereka berlumpuran darah," sentil warganet.
“Berharap keadilan kok sama kepolisian terkorup,” sindir warganet.
“Polisi Amerika tuh rata-rata berpendidikan mas dan juga punya etika. Mereka nggak ikut pelatihan 6 bulan terus jadi polisi,” celutuk warganet.
“Kalau di Amerika seleksinya gak ada yang sampai jual sawah, makanya mentalnya beda jauh sama polisi di Wakanda,” tambah yang lainnya.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma