Saat istri Andi ditemukan, ia sudah terluka. Andi pun membawa istrinya ke rumah sakit. Sayangnya sang istri meninggal dunia. Kedua putrinya yang berusia 16 dan 13 tahun itu merupakan anak angkat.
Andi bersumpah tak akan menonton sepak bola Lagi
Ia hanya akan memikirkan anaknya dan berjuang hidup. Baginya ini seperti mimpi, tetapi setiap kali terbangun, istrinya tidak ada lagi di rumah.
"Di mimpiku, semuanya masih nomrla dan yang terjadi ini terasa seperti kebohongan. Tapi setiap aku bangun, aku menyadari mereka sudah tidak ada lagi di sini," ungkap Andi.
Andi menyayangkan tindakan aparat dan seharusnya tidak pernah menembakkan gas air mata ke tribun karena kekacauan terjadi di lapangan.
Andi pun bersumpah tidak akan pernah menonton sepak bola lagi. Ia kini hanya ingin fokus membesarkan putranya yang masih kecil.
"Aku tidak akan pernah menonton sepak bola lagi. Sekarang aku hanya bisa memikirkan putraku dan aku tidak bisa memikirkan hal yang lain. Sekarang yang paling penting adalah bagaimana mendapatkan makan untuk besok," ucapnya.
Atas tragedi tersebut, pemerintah memberikan santunan sebesar Rp 50 juta rupiah kepada masing-masing korban. Presiden Joko Widodo juga telah mengunjungi Malang.
Padahal diketahui FIFA telah melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan bola. Polisi pun menyatakan penggunaan gas air mata di dalam stadion merupakan kekeliruan. Mereka mengaku tak pernah memerintah penggunaan gas tersebut.
Baca Juga: Nikita Mirzani Yakin Baim Wong Ingin Bikin Konten Korban Tragedi Kanjuruhan: Seribu Persen
Pihak berwenang mengatakan sebanyak 33 korban adalah anak-anak dalam rentang usia 4 hingga 17 tahun. Sejak saat itu, Andi berjanji tidak akan pernah menonton sepak bola lagi.