Tribun 13 Kanjuruhan Penuh Teriakan, Polisi Disebut Tembakkan Gas Air Mata dan Flashbang

Kamis, 06 Oktober 2022 | 16:40 WIB
Tribun 13 Kanjuruhan Penuh Teriakan, Polisi Disebut Tembakkan Gas Air Mata dan Flashbang
Tembakan gas air mata ke arah tribun penonton di Kanjuruhan Malang [Foto: Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil investigasi media asing The Washington Post terkait tragedi Kanjuruhan mengungkap hal mengejutkan. Salah satunya mengenai amunisi yang digunakan kepolisian Republik Indonesia di insiden paling mematikan dalam sejarah sepak bola Indonesia itu.

Menyadur The Washington Post, tindakan polisi Indonesia yang menembakkan rentetan amunisi ke arah tribun penonton di Stadion Kanjuruhan disebut menjadi pemicu tragedi. Dalam peristiwa itu, 131 orang meninggal dunia.

Dalam investigasi berjudul "How police action in Indonesia led to a deadly crush in the soccer stadium" atau "Bagaimana tindakan polisi di Indonesia menyebabkan peristiwa mematikan di stadion sepak bola", polisi Indonesia disebut telah melepaskan 40 amunisi tembakan yang berupa gas air mata, flashbang dan flare.

Kronologi kejadian bermula saat pukul 21.39 WIB pada Sabtu (6/10/2022), wasit meniup peluit akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Pertandingan ini dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 3-2.

Baca Juga: Komentar Berkelas Najwa Shihab Membalas Nyinyiran Nikita Mirzani, Sebut Prioritaskan Isu Publik

Adapun seluruh suporter yang hadir merupakan penggemar Arema FC, tim tuan rumah. Itu menjadi kekalahan pertama Arema dari Persebaya untuk pertama kalinya di kandang dalam waktu 23 tahun.

Saat pemain Arema mulai meninggalkan lapangan, beberapa suporter melompati pembatas dan masuk ke lapangan saat pertandingan berakhir. Sekitar pukul 21.45 WIB, ratusan penonton sudah berada di lapangan.

Dua menit setelah para pemain dikawal keluar lapangan, petugas keamanan yang menjaga pintu keluar mulai mendorong mundur kerumunan, membubarkan para penggemar. Ketegangan meningkat dengan cepat.

Petugas di pertandingan sepak bola di Indonesia mengejar kerumunan penggemar di lapangan dan memukul mereka dengan tongkat.

Petugas berseragam militer juga mulai mendorong penggemar kembali ke bagian tribun 11, 12 dan 13. Aparat tampak menendang dan memukul suporter dengan tongkat dan perisai anti huru hara.

Baca Juga: Stadion Kanjuruhan Jadi Kuburan Massal Ratusan Orang Tak Berdosa, Pemerintah Dituntut Transparan

Beberapa penonton terjatuh saat mereka mencoba memanjat pagar besi dan kembali ke tribun.

Sekitar pukul 21.50 WIB, polisi mulai menembakkan gas air mata dan flashbang. Asap yang disebabkan oleh suar dan gas melayang ke arah bagian tempat duduk selatan terlihat dalam video yang beredar.

Penonton di tribun 9 dan 10 mengatakan kepada The Washington Post bahwa mereka batuk dan mata mereka mulai berkaca-kaca.

Dalam waktu singkat, tribun 12 dan 13, barisan orang hampir seluruhnya diselimuti oleh bahan kimia. Teriakan dari tribun 13 pun bergema melalui tribun, kata seorang saksi.

Elmiati, suporter yang duduk di seksi 13 Stadion Kanjuruhan bersama suami dan putranya yang berusia 3 tahun, menceritakan kengeringan di Stadion Kanjuruan saat gas air mata dilepaskan.

Elmiati sendiri duduk di dekat pintu keluar di bagian 13 bersama suami dan putranya yang masih balita. Namun, mereka terpisah selama kekacauan itu. Ia akhirnya menemukan suami dan putranya meninggal karena luka-luka.

Mirisnya, perempuan berusia 33 tahun ini mengungkap suporter yang duduk di tribun tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi. Sementara aparat terus melepaskan amunisi gas air mata.

“Mereka (aparat) terus menembak (gas air mata) ke tribun, tetapi orang-orang di sana tidak tahu apa yang terjadi. Bukan kami yang berlari ke lapangan,” kata Elmiati.

Kepulan asap akibat gas air mata membuat penggemar mati-matian berusaha keluar dari stadion. Saat gas dan asap mengepul melalui tribun 12 dan 13, banyak penonton melompat kembali ke lapangan untuk menghindarinya.

Situasi itu diungkap oleh 10 saksi. Sementara orang lain yang mencoba pergi dan menemukan pintu keluar. Namun mereka terhalang, di mana situasi itu mendorong mereka untuk melompat ke lapangan juga, mencari jalan keluar lain.

Petugas kemudian menembakkan lebih banyak gas air mata ke ujung selatan stadion, beberapa langsung ke tribun.

“Semua orang panik. Pendukung panik karena ingin keluar, aparat juga panik. Kedua belah pihak panik dan itu menjadi siklus,” kata Ari Bowo Sucipto, fotografer lokal di lokasi kejadian. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI