Suara.com - Korea Utara kembali menembakkan dua rudal balistik jarak dekat ke arah Jepang usai kapal induk milik Amerika Serikat diarahkan ke Semenanjung Korea.
Peluncuran itu merupakan yang keenam dalam 12 hari. Sementara itu, pada Selasa (4/10) lalu, Korut juga telah menembakkan rudal balistik jarak menengah (IRBM) yang melewati teritori Jepang.
"Ini adalah kali keenam dalam periode yang singkat sejak akhir September," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. "Ini benar-benar tidak bisa ditoleransi."
Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada, mengatakan negaranya mengajukan "protes keras" kepada Korut melalui perwakilannya di Beijing.
Rudal pertama kemungkinan terbang pada ketinggian sekitar 100 km sejauh 350 km, sementara rudal kedua diperkirakan meluncur pada ketinggian 50 km dengan jarak 800 km dan lintasannya tidak teratur, kata Hamada.
"Korea Utara tanpa lelah dan secara sepihak telah meningkatkan provokasinya terutama sejak awal tahun ini," ujarnya.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan peluncuran rudal pada Kamis (6/10) itu dilakukan di dekat ibu kota Korut, Pyongyang, dan dilakukan satu jam setelah Korut mengecam AS atas pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB yang membahas "aksi balasan Tentara Rakyat Korea (Utara) terhadap latihan gabungan Korsel-AS".
Dalam pernyataan yang dirilis kementerian luar negerinya, Korut juga mengecam Washington atas pengerahan kapal induk AS ke perairan di Semenanjung Korea yang dianggap mengancam stabilitas kawasan.
Kapal USS Ronald Reagan dan armada kapal perang yang menyertainya mendadak dikerahkan lagi setelah Korsel dan AS melakukan latihan penembakan rudal, yang jarang dilakukan, di sebelah timur Korut.
Latihan itu digelar untuk menanggapi peluncuran IRBM Korut di atas wilayah Jepang pekan ini, yang dinilai sebagai respons paling keras dari dua negara bersekutu itu terhadap pengujian rudal Korut sejak 2017.
Sebelumnya, pada Rabu, AS menuduh China dan Rusia membantu pemimpin Korut Kim Jong Un dengan mencegah upaya memperkuat sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Pyongyang atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya. [Antara]