Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkap sejumlah hasil temuan awal investigasinya dalam Tragedi Kanjuruhan yang memakan seratus dua puluhan korban.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, hasil pemeriksaan dari suporter dan pemain Arema, mereka mengaku tidak ada aksi untuk menyerang para pemain Singo Edan (julukan Arema) karena dikalahkan Persebaya Surabaya di kandangnya, Stadion Kanjuruhan.
Dikatakannya, Aremania (sebutan suporter Arema) masuk ke lapangan untuk memberikan semangat kepada para pemain usai dikalahkan.
"Jadi mereka merangsek itu memang mau memberikan semangat, berkomunikasi dengan pemain. Kami kroscek ke para suporternya, bilangnya ya kami kan mau kasih semangat walaupun mereka kalah. Ini satu jiwa. Ayo Arema jangan menyerah," kata Anam dalam sebuah video kepada wartawan, Rabu (5/10/2022).
Baca Juga: KontraS Duga Ada Pihak-pihak yang Coba Kaburkan Fakta Tragedi Kanjuruhan
Pengakuan dari Aremania itu kemudian dikonfirmasi Komnas HAM kepada para pemain Arema, terutama mereka yang kali terakhir meninggalkan lapangan usai dikalahkan.
"Ketika kami kroscek kalimat-kalimat itu juga bedialog dengan teman-teman pemain terutama pemain yang terakhir meninggalkan lapangan, itu juga disampaikan (kalimat semangat dari Aremania)," ungkap Anam.
Komnas HAM juga ditunjukkan sebuah video oleh salah satu pemain memperlihatkan dirinya dirangkul oleh Aremania.
"Ini saya Mas, ketika saya dirangkul oleh supporter, kami pelukan dan ada satu komunikasi bahwa ini satu jiwa. Ayo jangan menyerah, jangan menyerah," kata Anam mengulang kalimat pemain tersebut.
Selain itu, Anam juga mengatakan, tidak ditemukan ada para pemain Arema yang mengalami luka.
"Jadi tidak ada pemain yang luka. Jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa suporter ke sana mau menyerang pemain, itu bilang bahwa itu tidak seperti itu. Dan supporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu," kata Anam.
Bagi Komnas HAM pengakuan dari suporter dan para pemain Arema menjadi dinamika yang sangat penting untuk ditindaklanjuti guna mengungkap Tragedi Kanjuruhan.
"Kami sedang menelusuri secara mendalam. Karena ada konstrain waktu, sekian menit itu, di lapangan. Itu sebenarnya cukup terkendali kondisinya kalau kita lihat video, informasi keterangan dari suporter, dari perangkat pertandingan, termasuk dari pemain. Itu sebenarnya sekian menit itu kondisi lapangan terkendali. Kami sayangkan ini, kondisi ini kok ricuh," kata Anam.
Ia mengemukakan, juga ada kondisi panik yang disebabkan tembakan gas air mata sehingga konsentrasi massa terjadi di beberapa titik pintu.
"Apalagi kericuhan itu, banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami itu akibat gas air mata. Gas air mata-lah yang membuat panik dan sebagainya, sehingga ada terkonsentrasi di sana di beberapa titik pintu. Ada pintu yang terbuka sempit. Terus ada pintu yang tertutup. Itulah yang membuat banyak jatuh korban," sambungnya.
Komnas HAM Temukan Indikasi Pelanggaran HAM
Diberitakan sebelumnya, Komnas HAM menyatakan ada indikasi pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa.
"Beberapa informasi yang kami dapatkan, kekerasan memang terjadi," kata Choirul Anam saat konferensi pers di kantor manajemen Arema FC di Kota Malang, Senin (3/10/2022).
Kekerasan yang terbukti salah satunya dilakukan aparat keamanan terhadap suporter. Bahkan, terlihat ada kekerasan yang masih dilakukan aparat ketika suporter Arema sedang berjalan kaki di pinggir lapangan.
"Ditendang, kena kungfu di lapangan. Nah, itu tidak hanya Komnas HAM yang melihat, tapi semua juga bisa lihat," ujar Anam.
Komnas HAM tengah menelusuri dan melihat kondisi Stadion Kanjuruhan untuk memastikan apa yang terjadi dalam kerusuhan yang menewaskan hingga 125 orang itu.
"Kami akan menginvestigasi dengan agak dalam anatomi stadion, cerita saat itu dan pascapertandingan," katanya.