Alami Trauma, Penyintas Anak dan Perempuan Tragedi Kanjuruhan Perlu Penanganan Serius

Rabu, 05 Oktober 2022 | 16:17 WIB
Alami Trauma, Penyintas Anak dan Perempuan Tragedi Kanjuruhan Perlu Penanganan Serius
Sejumlah coretan berisi kekecewaan menghiasi dinding Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Mereka minta agar kasus Tragedi Kanjuruhan yang menelan lebih dari 100 orang meninggal dunia diusut tuntas. [Suara.com/Dimas Angga]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Siti Mukaromah mengatakan penyintas perempuan dan anak-anak pada tragedi Kanjuruhan perlu mendapatkan perhatian lebih lantaran kondisi psikologisnya yang mengalami trauma.

“Efek psikologis dan trauma terutama terhadap penyintas perempuan dan anak-anak yang berhasil selamat juga pasti tidak dapat dihindari,” katanya di Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih pada penyintas, terutama perempuan dan anak yang menjadi korban insiden usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu.

Berdasarkan data sementara, korban tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022, dari Posko Postmortem Crisis Center Pemerintah Kabupaten Malang menyebutkan total korban meninggal dunia sebanyak 133 orang.

Baca Juga: Sisa 1 Anggota TNI Belum Mengaku Lakukan Kekerasan di Stadion Kanjuruhan, Ini Permintaan Panglima TNI

Sebanyak 42 orang korban perempuan meninggal dunia dan laki-laki 91 orang. Sejumlah 37 orang anak dengan usia 3 hingga 17 tahun meninggal dunia dan korban yang belum teridentifikasi sebanyak 18 orang.

“Kami menyampaikan duka cita mendalam untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan. Banyaknya korban dari perempuan dan anak-anak merupakan refleksi perlunya kebijakan khusus terhadap perempuan dan anak-anak dalam keramaian termasuk stadion,” kata Siti yang juga Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa tersebut.

Pihaknya menyayangkan ajang sepak bola yang seharusnya melahirkan generasi-generasi muda penerus kepemimpinan bangsa justru meninggalkan duka mendalam. Belum lagi efek psikologis dari peristiwa tersebut, trauma bagi mereka yang berada di stadion pada saat kejadian.

Dia menilai perlunya menumbuhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme dalam berbagi sendi kehidupan termasuk dunia olah raga.

“Pemain, pendukung, maupun berbagai pihak yang terkait harus bertanding dengan tetap pada semangat ke-Indonesiaan. Semangat bertanding dan berkompetisi hanya pada saat pertandingan, sesudahnya melebur pada semangat ke-Indonesiaan,” katanya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Jadi Pelajaran, KPAI Wajibkan Penyelenggara Laga Sepak Bola Pastikan Keamanan Anak-anak

Ia berharap proses hukum terhadap peristiwa Kanjuruhan dapat diinvestigasi sehingga dapat menjadi evaluasi agar tidak ada peristiwa serupa di masa mendatang, demikian Siti Mukaromah. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI