Suara.com - Tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu berawal dari supporter Arema FC yang masuk ke lapangan usai klub sepak bola tersebut dikalahkan oleh Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
Masuknya para suporter Singo Edan tersebut ke lapangan adalah sebagai ungkapan kekecewaan karena klub kesayangannya itu kalah dalam laga BRI Liga 1.
Pendukung Arema FC tersebut sejatinya ingin menyampaikan dukungan kepada tim kebanggaannya karena kekalahan tersebut, agar ke depannya penampilan Arema bisa lebih baik.
Namun niat para supporter tersebut dibalas dengan tindakan represif aparat keamanan. Mereka memukul mundur para supporter dengan pukulan, tendangan dan tembakan gas air mata.
Baca Juga: Ortu Tewas di Tragedi Kanjuruhan, Bocah Ini Diminta Polisi Jaga Fisik Buat Jadi Polisi
Akibatnya keadaan menjadi kacau dan ratusan orang meninggal dunia. Lantas bagaimana sebenarnya prosedur operasional standar (SOP) penanganan penonton sepak bola jika mereka masuki lapangan?
Dalam perbincangan di channel YouTube Sport77 Official, mantan Security Officer PSSI yang kini menjabat sebagai Security Officer di Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) Nugroho Setiawan mengatakan, dalam pertandingan sepak bola di sejumlah negara, ada petugas lapangan yang diberi nama steward.
Petugas ini merupakan orang-orang sipil yang memang dilatih dan ditugaskan khusus untuk menghalau para penonton yang hendak memasuki lapangan, selama pertandingan berlangsung.
Menurut Nugroho, saat ini hampir semua klib sepak bola, khususnya yang berlaga di Liga 1, memiliki steward. Ia menyebut beberapa klub, diantaranya Arema FC dan Persib Bandung.
“Kalau berdasarkan standar FIFA (steward) itu diambil dari komponen supporter sendiri, biasanya orang yang paling disegani,” ujar Nugroho.
Baca Juga: Ada Kabar Aremania Ditangkap saat Tragedi Kanjuruhan Malang, Polri Bantah dan Bilang Begini
Dengan adanya steward tersebut, menurut Nugroho, penanganan supporter yang masuk ke lapangan akan lebih efektif dibanding harus berhadapan dengan panitia pelaksana atau aparat keamanan.
Namun terkadang keberadaan steward tersebut tidak terlihat lagi dalam pertandingan sepak bola, karena alasan yang klasik, yakni ketiadaan sumber daya manusia dan keterbatasan anggaran.
“Kita terlalu banyak berhitung supaya untung tapi kalau untung ngga usah gede-gede banget, yang penting selamat karena ini (urusannya) nyawa orang,” tutup Nugroho.
Namun jika melihat pertandingan antara Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu lalu, Nugroho menduga apa yang terjadi pada saat itu sudah masuk kondisi yang tak bisa dihalau lagi, sehingga aparat turun tangan menghadapi para supporter.
Ia juga menduga aparat keamanan juga melihat hal yang sama sehingga mereka mengambil langkah represif dalam menghadapi penonton yang luber ke lapangan.
“Kalau polisi punya banyak sekali prosedur untuk menjalani tugas, mereka juga punya tahapan, kapan melakukan persuasi, kapan melakukan represi, mungkin kejadian kemarin itu menurut kriteria polisi sudah masuk tahap represi,” ungkapnya.
Namun satu hal yang ia tekankan dalam setiap pertandingan sepak bola adalah pentingnya penanaman pemahaman “siap kalah” pada semua supporter agar bisa mencegah hal-hal yang menjurus pada tindakan protes yang dapat berujung pada kericuhan.
Kontributor : Damayanti Kahyangan