Suara.com - Sepak bola semestinya menjadi olahraga yang bisa dinikmati segala kalangan. Termasuk di Indonesia, di mana klub-klub biasanya memiliki kelompok suporter yang loyal dan tidak segan bersusah payah menyaksikan langsung ketika jagoannya berlaga.
Namun nahas, tragedi maut pasca pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang menjadi momen horor sekaligus traumatis para penggemar sepak bola.
Begitu pula dengan keluarga suporter Arema FC yang terlihat di video unggahan akun Instagram @banjarnahor. Tampak satu keluarga dengan ayah, ibu, serta anak mereka yang masih kecil bersama-sama ke Stadion Kanjuruhan untuk menonton klub jagoan mereka.
Tampak keluarga itu duduk di Tribun VVIP, tentu lengkap dengan atribut biru-biru khas Aremania. Selayaknya suporter lain, mereka juga heboh menyemangati performa klub yang akrab disapa Singo Edan itu pula.
Baca Juga: Akun Polri Pamer Video 'Kesigapan' Evakuasi Korban Kanjuruhan, Banjir Amukan Warganet
"Sebelum ada GAS AIR MATA," begitulah yang dituliskan pemilik video, dikutip Suara.com, Selasa (4/10/2022).
Keluarga itu beserta Aremania lain di tribun yang sama tampak penuh senyum, begitu bersemangat ketika pemain Arema FC berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.
Tak terkecuali Aremania cilik itu yang ikut berteriak, "Goooollll..." ketika Arema FC berhasil menambah skor.
Hingga pertandingan berakhir dan kerusuhan terjadi. Tampak sejumlah suporter sudah turun ke lapangan dan berusaha dipukul mundur oleh aparat, termasuk dengan memakai tembakan gas air mata.
"Video sebelum asap gas air mata sampai di tribun VVIP," ungkap pemilik video, memperlihatkan jejak-jejak gas air mata di beberapa titik stadion.
Baca Juga: Belum Rencana Tengok Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan, Jokowi Beri Santunan 50 Juta
Bahkan kemudian terdengar jelas tembakan gas air mata itu, yang sempat mengakibatkan si suporter cilik merasa ketakutan. Teriakan terdengar bersahut-sahutan, begitu pula dengan semakin banyaknya letusan dari mesin penembak gas air mata.
Hingga gas air mata mulai menyebar ke semua stadion, termasuk Tribun VVIP. "Ini gas air mata bener-bener sakit di mata dan hidung. Hidungku sampai sekarang rasanya masih sakit, anakku sampai batuk-batuk," tuturnya.
Ia pun menginstruksikan anaknya untuk menutup mata sementara hidungnya ditutup dengan pakaian. Keluarga kecil itu lantas berlari tunggang-langgang berusaha menyelamatkan diri, yang nahasnya malah tertahan di pintu keluar.
"(Kami) lari-larian cari tempat perlindungan. Tapi mau keluar pintu ditutup dan aku teriak, 'Pak... bukain bawa anak kecil'," ujar ibu itu.
Teriakan ini akhirnya mampu menyelamatkan keluarga Aremania tersebut, tetapi ternyata penonton lain justru tidak boleh keluar.
"Akhirnya cuma kita aja yang bisa keluar, lainnya gak boleh. Entah kenapa begitu aku masih gak paham. Allah kasih jalan buat aku, suami, dan anakku," pungkasnya.
Pengalaman horor ini, ditambah dengan beredarnya video mencekam ketika para suporter berdesakan ingin keluar dari stadion membuat tragedi Kanjuruhan semakin traumatis.
Apalagi karena korban jiwa yang timbul di insiden ini sangat beragam, baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Tentu bisa dibayangkan seberapa mencekamnya situasi dari sudut pandang balita seperti Aremania yang tampak di video tersebut.
"Sepak bola itu untuk semua umur, semua bisa menikmatinya," tegas @banjarnahor di caption unggahannya, lantaran banyak juga warganet yang menyalahkan suporter yang membawa anak menonton pertandingan secara langsung.
"Mari kita lihat dari sudut pandang penanggulangan bencana, setelah kejadian ini persepakbolaan Indonesia harus BUILD BACK BETTER," pungkasnya menegaskan.
Tanggapan Warganet
Pengalaman mencekam keluarga Aremania ini menuai sorotan publik, apalagi karena ada indikasi suporter sempat dilarang keluar stadion yang berujung menyebabkan penumpukan massa di pintu.
Publik juga masih pro dan kontra dengan suporter yang nekat membawa anak mereka, apalagi jika masih kecil, untuk menonton pertandingan sepak bola secara langsung.
"Gaada batasan umur kok memang, Tapi alangkah bijaknya anak menikmati pertandingan bola di tempat yang terjamin aman kayak liat aja di rumah , karena mengantisipasi hal terburuk mas.. gaiso mlayu, gupuh.. ya Allah," komentar warganet.
"Ini yang mesti dipertanyakan.. kok pintu sengaja ditutup," kata warganet.
"15 menit sebelum berakhir pertandingan, pintu stadium sudah di buka harusnya ,,,'WHY'," ujar warganet lain.
"Ya Allah.. Gak kebayang gimana paniknya mereka," timpal yang lainnya.