Represif Hadapi Aksi Protes, Negara EU Ingin Jatuhkan Sanksi Baru untuk Iran

Diana Mariska Suara.Com
Senin, 03 Oktober 2022 | 18:59 WIB
Represif Hadapi Aksi Protes, Negara EU Ingin Jatuhkan Sanksi Baru untuk Iran
Aksi unjuk rasa atas kematian Mahsa Amini. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa negara Uni Eropa telah mengusulkan sanksi untuk Iran karena melakukan tindakan represif dalam menangani unjuk rasa untuk menuntut hak-hak perempuan

Majalah Spiegel melaporkan pada Senin (3/10) bahwa Jerman, Prancis, Denmark, Spanyol, Italia, dan Republik Ceko mengusulkan sanksi baru tersebut, yang menargetkan 16 orang, organisasi, dan lembaga yang bertanggung jawab langsung atas penindakan keras terhadap serangkaian unjuk rasa yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini di penjara.

Negara-negara tersebut ingin agar para menteri luar negeri EU memutuskan sanksi itu pada pertemuan 17 Oktober, tanpa penolakan dari semua anggota blok ekonomi tersebut.

Kementerian Luar Negeri Jerman belum dapat dimintai komentarnya tentang hal itu.

Menlu Jerman Annalena Baerbock pada Senin mengatakan bahwa tindakan Teheran kepada demonstran merupakan sebuah "ungkapan ketakutan terhadap pendidikan dan kekuatan kebebasan”.

"Sulit juga untuk melakukan hal itu karena pilihan dalam kebijakan luar negeri kami terbatas. Akan tetapi, kami dapat menggemakan suara mereka, membuat publikasi, mengajukan tuntutan dan menjatuhkan sanksi. Dan itu yang sedang kami upayakan," cuit Baerbock di Twitter.

Protes antipemerintah, yang dimulai sejak pemakaman Mahsa Amini (22) pada 17 September di kota Kurdi Saqez, berkembang menjadi penentangan terbesar terhadap otoritas Iran dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak orang menyerukan agar pemerintahan yang dipimpin para ulama Islam dan berlangsung selama lebih dari empat dekade, diakhiri.

Kelompok HAM Iran Human Rights yang berbasis di Norwegia mengungkapkan bahwa lebih dari 100 orang telah tewas.

Otoritas Iran belum menyebutkan jumlah korban tewas, meski menurut mereka banyak anggota pasukan keamanan yang juga tewas di tangan "perusuh dan preman yang didukung musuh asing."

Pekan lalu stasiun TV pemerintah memberitakan bahwa 41 orang telah tewas, termasuk anggota pasukan keamanan. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI