Suara.com - Azerbaijan mengusulkan pembicaraan dengan Armenia mengenai batas-batas kedua negara digelar bulan ini agar ketegangan di daerah perbatasan dapat segera diselesaikan.
Kementerian Luar Negeri Azerbaijan pada Minggu (2/10) mengatakan pembicaraan tersebut awalnya direncanakan untuk dimulai pada bulan November, tetapi pihaknya meminta agar diskusi tersebut digelar lebih cepat.
Pada Minggu, menteri dalam negeri Azerbaijan dan Armenia bertemu di Jenewa, Swiss, setelah pertempuran paling sengit antardua negara bekas Soviet itu sejak 2020 menewaskan lebih dari 200 orang pada akhir September.
"Selama pertemuan, Azerbaijan mengusulkan agar pertemuan komisi bilateral selanjutnya tentang delimitasi (penetapan garis batas) digelar pada Oktober, bukan November, seperti yang sudah disepakati sebelumnya, mengingat ketegangan di perbatasan," demikian isi pernyataan di situs Kemenlu Azerbaijan.
Seperti dilaporkan BBC sebelumnya, konflik antara Armenia dan Azerbaijan bermula pada 1988, ketika warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mulai menuntut agar kawasan itu diperintah oleh orang Armenia. Hal ini kemudian memicu ketegangan antaretnis.
Lalu, pada 1991, ketika wilayah tersebut secara resmi menyatakan kemerdekaan, perang pecah antara Armenia dan Azerbaijan yang mengakibatkan sekitar 30.000 korban jiwa dan ratusan ribu orang lainnya mengungsi.
Pada 1993, Armenia telah menguasai Nagorno-Karabakh dan banyak wilayah sekitarnya di Azerbaijan.
Kemudian, pada tahun 1994, Rusia menengahi gencatan senjata.
Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, tetapi sejak itu sebagian besar diperintah oleh separatis yang mendeklarasikan diri sebagai republik, dijalankan oleh etnis Armenia, dan didukung oleh pemerintah Armenia.
Perang antara Armenia dan Azerbaijan kembali berkorbar antara September dan November 2020.
Yang terakhir, di bulan September tahun ini, pertempuran terjadi di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, yang disebut oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengakibatkan 49 tentara Armenia tewas.
Armenia mengeklaim pasukan Azerbaijan menyerang beberapa kota di dekat perbatasan negara itu dengan Azerbaijan. Negara itu kemudian merespons apa yang disebut sebagai "provokasi skala besar".
Pemerintah Armenia menyebut Azerbaijan memicu konflik karena negara itu enggan bernegosiasi terkait Nagorno Karabakah.
Akan tetapi, Azerbaijan mengeklaim Armenia adalah yang pertama melakukan serangan.
Azerbaijan menuding Armenia melakukan aktivitas intelijen di sepanjang perbatasan dan menyerang pos militer Azerbaijan.