Suara.com - Pemilihan umum di Brazil akan berlanjut ke putaran kedua di mana petahana Jair Bolsonaro akan menghadapi politisi sayap kiri yang juga mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Seperti diberitakan BBC, dalam proses penghitungan suara yang dilakukan pada Minggu (2/10) waktu setempat, Lula meraih 48 persen suara, sedangkan Bolsonaro hanya mendapatkan 43 persen suara. Karena tidak ada kandidat yang berhasil mengumpulkan lebih dari 50 persen suara, maka pemilihan ini akan berlanjut ke putaran kedua yang akan digelar akhir bulan ini.
Pemilu edisi ini merupakan kebangkitan bagi Lula yang tidak dapat mencalonkan diri dalam pemilihan tahun 2018 karena dipenjara setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan korupsi.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat sebelumnya menyebut Presiden Bolsonaro telah tertinggal jauh di belakang Lula.
Dalam debat televise terakhir sebelum pemungutan suara, Presiden Bolsonaro menyebut Lula sebagai pencuri, mengacu pada tuduhan korupsi yang membuat Lula berada di dalam penjara selama 580 hari sebelum hukuman itu akhirnya dibatalkan.
Sebagai balasan, Lula mencap Bolsonaro sebagai orang gila.
Selain ketegangan di antara para calon, haluan politik kedua kandidat yang bertolak belakang juga menghasilkan fokus yang berbeda.
Lula mengatakan dia akan mendukung langkah-langkah untuk melindungi hutan hujan Amazon, sementara Bolsonaro berpendapat bahwa bagian dari hutan hujan harus dibuka untuk kepentingan ekonomi.
Deforestasi dan kebakaran hutan telah meningkat di masa kepemimpinan Presiden Bolsonaro, dan para aktivis lingkungan telah memperingatkan bahwa jika sang petahana kembali terpilih, negara itu dapat mencapai titik kritis.
Kritikus sebenarnya menunjukkan bahwa catatan Lula terkait lingkungan selama ia menjabat sebagai presiden dari tahun 2003 hingga 2010 juga jauh dari sempurna.
Namun, karena Bolsonaro mengandalkan sektor pertanian dan agribisnis untuk mendapatkan suara dan dukungan, Lula menjadi pilihan utama para aktivis iklim.
Meski demikian, masyarakat Brazil juga memiliki kekhawatiran lainnya, seperti kenaikan harga pangan yang menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan kelaparan.
Para pemilih juga berharap presiden baru dapat menyelesaikan masalah pendidikan dan tingkat ketimpangan yang tinggi di Brazil.