Suara.com - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) menjadi duka mendalam bagi Indonesia bahkan dunia.
Insiden ini juga menjadikan laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya kemarin sebagai salah satu pertandingan paling mematikan di dunia dengan total 125 orang meninggal dunia.
Tentu menjadi pertanyaan besar, seperti apa kronologi kejadian hingga ratusan pendukung Arema FC meregang nyawa pada hari itu.
Salah satu korban selamat dari tragedi Kanjuruhan pun membeberkan kejadian menurut versinya lewat tayangan di kanal YouTube metrotvnews.
Kepada awak media, Affandi, salah satu korban selamat tragedi Kanjuruhan itu menjelaskan bahwa tidak ada kerusuhan terjadi di lapangan. Saat itu sejumlah suporter memang turun ke lapangan untuk memberikan semangat.
"Pemain itu minta maaf sama suporter karena kalah. Nah penonton turun, nggak buat onar sebenarnya, cuma beri support kepada pemain," katanya, seperti dikutip Suara.com, Minggu (2/10/2022).
Namun tampaknya jumlah suporter yang turun untuk memberi semangat kepada pemain Arema FC terlalu banyak. Hal inilah yang kemudian memicu kekhawatiran pecahnya kerusuhan hingga polisi menembakkan gas air mata.
"Mungkin terlalu banyak yang turun, akhirnya asap itu. Gas air mata bertebaran. Iya (dikiranya mau membuat kisruh)," jelasnya melanjutkan.
Gas air mata memang semula ditembakkan ke salah satu tribun, sampai dalam berbagai video terlihat tebalnya kabut putih yang ditimbulkan. Namun menurut Affandi seluruh stadion jadi terkena dampaknya.
Baca Juga: Akhirnya Presiden FIFA Angkat Bicara, Ini Pernyataan Lengkapnya soal Tragedi Suporter Arema FC
Tak terkecuali dirinya. "Ya perih," ujarnya menerangkan rasa yang dialami pasca terkena semprotan gas air mata.
Beruntung saat itu ia bertemu dengan seorang penjual minuman yang masih memiliki es batu. Es batu itulah yang kemudian dipakainya untuk meredam rasa sakit akibat terpapar gas air mata.
"Mau keluar (dari stadion) ya terlalu banyak yang keluar, akhirnya desak-desakan," pungkasnya.
Salah satu penyebab utama tewasnya banyak orang di insiden ini adalah ketika para suporter berdesak-desakan keluar dari Stadion Kanjuruhan pasca polisi menembakkan gas air mata.
Semua penonton panik berusaha menyelamatkan diri sehingga berbondong-bondong ke pintu keluar, hingga beberapa di antaranya terinjak serta kehabisan napas di sana.
Bos Arema FC Jamin Pembiayaan Perawatan Medis Korban
Insiden di Stadion Kanjuruhan yang bermula dari kekalahan Arema FC di kandang sendiri ini menjadi sorotan dunia, bahkan sampai mendapat ungkapan bela sungkawa dari aktor Korea Selatan, Lee Min Ho.
Total 125 orang meninggal dunia ditambah dengan banyak Aremania lain yang harus dirawat akibat luka-luka.
Menanggapi hal tersebut, bos Arema FC, Gilang Widya Permana atau yang akrab disapa Juragan 99 memastikan pihaknya siap menanggung pembiayaan perawatan medis semua korban tragedi Kanjuruhan.
"Kami minta agar diberikan pelayanan maksimal dalam penanganan korban luka-luka. Kami juga minta agar pusat pelayanan kesehatan menyampaikan pembiayaannya kepada manajemen Arema FC," kata Gilang lewat Instagram-nya.
Lewat postingan yang sama, Gilang juga mengucapkan permintaan maaf atas kerusuhan besar yang terjadi, sekaligus mengutuk para aktor yang bertanggung jawab atas insiden maut tersebut.