Dilihat dari akun Instagram @majeliskopi08, terlihat sejumlah penonton yang nekat meloncat dari pagar tribun sambil terbatuk-batuk. Tampak para penonton kocar-kacir menyerbu pintu keluar.
Situasi ini pun membuat pintu keluar stadion begitu rusuh dipadati massa. Penonton mendesak ingin segera bisa keluar tetapi terhalang oleh besi dan pintu yang masih terpasang.
"Hei kasihan itu! Pinggirkan besinya!" seru seorang pemuda karena melihat besi-besi di pintu keluar menghalangi keluarnya massa.
Tampak mereka saling berebut untuk keluar, menyebabkan pintu jadi mampet dan malah menghalangi suporter lain yang berusaha menyelamatkan diri.
Situasi seperti inilah yang membuat ratusan nyawa melayang di Tragedi Kanjuruhan. Tim medis menyebut kebanyakan penonton meninggal dunia akibat trauma, sesak napas, terinjak-injak, hingga terpapar gas air mata.
Warganet Tuntut Polisi Bertanggung Jawab
![Gas air mata ditembakkan ke arah suporter di Stadion Kanjuruhan Malang. Usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya, Sabtu 1 Oktober 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/02/17111-gas-air-mata.jpg)
Meski tragedi disebut bermula dari sejumlah suporter yang turun karena tidak terima Arema FC kalah di kandang sendiri, publik tetap mendesak kepolisian untuk ikut bertanggung jawab.
Apalagi karena induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, telah dengan tegas melarang penggunaan gas air mata di pertandingan. Hal ini tercantum di FIFA Safety and Security Regulations, tepatnya di poin 19B.
"Usut yang nembakkan gas air mata..." kecam warganet.
"Memang aneh aparatnya,, kan posisinya di dalam stadion kenapa harus menghunakan gas air mata? Kok semacam gak mikir akibatnya gitu.." kata warganet lain.