Suara.com - Mendekati perhelatan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 banyak tokoh ataupun figur-figur bakal calon presiden (bacapres) seakan berlomba-lomba mulai turun ke bawah menemui rakyat melalui jalur blusukan.
Namun, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai, belakangan cara blusukan telah kehilangan magnetnya. Menurutnya, rakyat sudah tak lagi menilai blusukan sebagai langkah pendekatan.
"Pendekatan blusukan yang dipopulerkan Joko Widodo (Jokowi) itu awalnya memang seperti magnet. Rakyat begitu terkesima terhadap Jokowi yang dinilai sangat merakyat," kata Jamiludin saat dihubungi, Kamis (29/9/2022).
"Namun belakangan ini pendekatan blusukan terkesan kehilangan magnetnya. Sebagain rakyat sudah tidak lagi menilai pendekatan itu sebagai cermin merakyatnya sang pelaku," sambungnya.
Baca Juga: Ditanya Deklarasi Capres 2024 pada 10 November, Anies: Sesudah 16 Oktober Baru Dibahas
Kendati begitu, menurutnya, pendekatan blusukan masih bisa dapat mendongkrak popularitas dan elektabilitas bagi figur-figur yang menjadi bakal calon presiden (capres). Caranya yakni melakukan blusukan dengan hati.
"Hal itu juga hendaknya dilakukan secara kontinu, tidak hanya saat mendekati Pilpres. Masalahnya, apakah Bacapres itu melakukan blusukan dengan hati dan kontinu?" tuturnya.
Ia kemudian mencontohkan blusukan yang dilakukan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Menurutnya, Puan terkesan melakukan blusukan belum menggunakan pendekatan menggunakan hati.
"Kalau melihat blusukan yang dilakukan Puan Maharani, kesannya belum menggunakan pendekatan hati. Puan juga baru belakangan ini intens melakukan blusukan. Karena itu, sebagian masyarakat akan memaknai blusukan Puan hanya bagian untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya," tuturnya.
Ia lantas membandingkan dengan apa yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, Anies melakukan blusukan dengan menggunakan hati.
Baca Juga: Bukan Puan Maharani, PDIP Bakal Terdongkrak Elektabilitasnya Jika Usung Ganjar, Anies, atau Prabowo
"Anies selain sudah rutin melakukan hal itu selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, tapi ia juga melakukannya dengan hati," ujarnya.
"Karena itu, setiap Anies melakukan blusukan selalu mendapat respons yang luar biasa. Di sini Anies masih memperoleh magnet dari blusukan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya," sambungnya.
Puan Cemberut
Untuk diketahui, beredarnya video Puan Maharani yang tengah membagikan kaos di kerumunan warga mengundang perhatian publik. Pasalnya, dalam video cuplikan pemberitaan stasiun televisi nasional itu, ekspresi wajah Puan dinilai cemberut oleh warganet saat melemparkan kaos-kaosnya.
Menanggapi video tersebut, pegiat media sosial sekaligus pengamat politik Jhon Sitorus menyebut Puan lahir di tengah kemewahan. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Jhon Sitorus melalui akun Twitternya Selasa (27/9/2022).
Pada unggahannya di akun Twitter @miduk17, Jhon Sitorus membagikan video Puan yang tengah membaikan kaus kepada warga.
"Merakyat itu tak bisa berpura-pura, wajah asli itu akan keluar begitu situasi membuat tak nyaman," tulis John Sitorus.
"Bagaimana mau merakyat bila lahir di tengah kemewahan dan nama besar? Bagaimana mau merasa nyaman bila tak pernah memulai dari bawah bersama rakyat?" imbuhnya.
Lebih lanjut dia menyarankan Puan untuk beristirahat sejenak.