Suara.com - Sejumlah tokoh yang menjadi kandidat kuat bakal calon presiden di Pilpres 2024, mulai gencar blusukan ke berbagai daerah.
Namun, menurut pakar komunikasi politik Effendi Gazali, tak semua tokoh itu mampu tampil prima serta merebut simpati rakyat melalui blusukan.
Dia mengatakan, ada pergeseran pola komunikasi, ekspresi dan cara blusukan setelah metode itu berhasil dipakai Jokowi dalam dua kali masa kampanye pilpres.
Effendi Gazali membeberkan pola dan gaya komunikasi sejumlah tokoh bakal capres yang melakukan blusukan.
Baca Juga: Nggak Main-main, Presiden Jokowi Sebut Kondisi Perekonomian Tahun Depan Masih Gelap
Menurut Effendi, Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDIP Ganjar Pranowo memiliki gaya bicara yang stabil.
Sebab, kata Effendi, Ganjar mempunyai kemampuan komunikasi politik paling mumpuni di antara tokoh-tokoh lainnya.
"Dia bisa konteks ke masyarakatnya dapat, pintarnya juga terlihat," ungkap Effendi Gazali dipetik Suara.com dari tayangan video AKIP di kanal YouTube tvOneNews.
Lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang dianggap Effendi semakin membaik dalam berkomunikasi, sehingga tak lagi kaku.
"Anies dulu agak kaku, memang terlihat sangat pintar mengolah kata dan dalam menyampaikannya juga sistematis," ungkap Effendi.
Baca Juga: Dear Bu Puan, Begini Cara Menanam Padi yang Benar Ala Wong Cilik Sesungguhnya
Namun, kini Anies dinilai sudah semakin dekat dengan rakyat sehingga gaya berbicaranya semakin enak didengar.
Gaya berbicara kedua tokoh itu disebut bisa menjadi catatan oleh tokoh lain, seperti Menteri Pertahanan sekaligus bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Nah ini menjadi catatan penting, baik blusukan maupun cara-cara berkomunikasi baik verbal maupun visualnya sekarang itu orang membutuhkan kontinuitas pembangunan, tapi cukup kritis," tuturnya.
"Saya setuju akan ada pergeseran pola komunikasi gaya blusukan, visual dibandingkan dengan era-era terdahulu," terang Effendi.
Effendi menyampaikan dua pemilu lalu yang terpilih hanyalah satu orang hingga menjabat selama 10 tahun.
Dirinya mengaku mungkin ada kebosanan dan bisa menjadi pendorong bagi pemilih ke depannya untuk memilih gaya bicara presiden, terlebih dengan adanya pandemi covid-19.
Karenanya, ada catatan kritis dan lebih progresif itulah, Effendi sendiri khawatir gaya Ketua DPR sekaligus calon terkuat capres dari PDIP, Puan Maharani, akan dinilai mirip dengan Jokowi.
"Nah gaya ibu Puan ini juga saya khawatirkan ya, nanti dianggap persis sama dengan Pak Jokowi misalnya," terang Effendi.
Effendi juga membeberkan gaya komunikasi dan berbicara presiden-presiden sebelumnya.
Seperti Megawati yang dinilai memiliki gaya berbicaranya lebih mendekati ibu-ibu yang spontan sebagai ibu bangsa.
Adapula gaya bicara SBY sangat sistematis dengan mimik yang tampak pintar serta keren. Sementara itu, Jokowi berbicara lepas seperti rakyat biasa.
"Sekarang jangan-jangan menurut saya yang ingin dilihat dari masyarakat khususnya pemilih muda dan secara umum itu adalah mereka yang punya integritas, tampil meyakinkan. Jangan-jangan juga berbicaranya termasuk lebih sistematis dan terlihat pintar," ujarnya.
Sebagai informasi, CSIS mendata ada pergeseran kriteria pemimpin oleh para pemilih muda dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya.
Pemilih muda lebih menyoroti calon pemimpin yang memiliki integritas, tidak korupsi dan tak lagi sebatas soal 'merakyat'.