Menuju Zero Emission 2050, Sekolah di Jakarta Ikut Program NetZero

Kamis, 29 September 2022 | 14:23 WIB
Menuju Zero Emission 2050, Sekolah di Jakarta Ikut Program NetZero
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengunjungi Sekolah NetZero. (Dok: Pemprov DKI Jakarta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perubahan iklim yang saat ini terjadi secara global memaksa manusia untuk segera mengambil sikap demi kehidupan yang berkelanjutan. Tren yang kini tengah terjadi adalah mewujudkan berbagai inovasi untuk mengurangi emisi karbon dioksida demi menuju Zero Emission 2050. Langkah yang diambil Pemprov DKI Jakarta salah satunya adalah dengan program sekolah NetZero Carbon dan green building.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meresmikan Sekolah Net Zero Carbon di SDN Ragunan 08 Pagi, pada  Rabu (28/8), menyampaikan bahwa sekolah merupakan bangunan yang paling banyak dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan bangunan berkontribusi sebesar 39% emisi karbon global dan mengkonsumsi 36% dari total energi global.

“Jadi, bangunan itu adalah kontributor terbesar. Kita seringkali kalau melihat dekarbonisasi yang dipandang adalah kendaraan bermotor saja, tidak! Sesungguhnya bangunan itu menyedot energi 36%, kontribusi kepada emisi karbon global 39%,” paparnya.

Jumlah gedung sekolah, baik negeri maupun swasta, yang melebihi seribu unit di seluruh Jakarta berpotensi untuk menyumbang emisi karbon.

Baca Juga: Capai Target Zero Emission di Tahun 2060, BRI Inisiasi Program Menanam Bibit Pohon Produktif

Dengan program Sekolah NetZero, sekolah menjadi bangunan yang hemat energi saat beroperasi dan sebagian besar kebutuhan energinya dipasok dari sumber energi terbarukan. Dengan demikian, emisi karbon yang dihasilkan sangat minim dan dapat berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon di Jakarta pada masa mendatang.

Sejak 2021, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nahdiana menuturkan, pada 2021, Disdik merehabilitasi total sekolah-sekolah dengan melibatkan Green Building Council Indonesia (GBCI). Rehabilitasi dilakukan dari perencanaan desain bangunan sampai proses sertifikasi Greenship NZH (Net Zero Healthy) Readiness Recognition (RR).

“Sekolah SDN Duren Sawit 14, Jakarta Timur; SDN Grogol Selatan 09, Jakarta Selatan; SDN Ragunan 08 Pagi, 09 Pagi, 11 Petang, Jakarta Selatan; dan SMAN 96, Jakarta Barat telah mendapatkan sertifikat Net Zero Healthy (NZH) dari GBCI. Kemudian, yang sudah memanfaatkan energi terbarukan (Pembangkit Lisrik Tenaga Surya/PLTS) sudah mencapai 82 sekolah,” terangnya, Kamis (29/9/2022).

Nahdiana menjelaskan, sekolah dapat dikatakan NetZero apabila dapat menghemat energi secara skala besar. Seluruh kebutuhan energi bangunan sekolah dipasok sepenuhnya dari sumber energi terbarukan, sehingga secara total tidak ada emisi karbon yang dihasilkan, atau setidaknya emisi karbon yang dihasilkan sangat rendah,  sehingga memungkinkan terjadi emisi karbon menjadi nol di kemudian hari.

Ilustrasi salah satu Sekolah NetZero. (Dok: Pemprov DKI Jakarta)
Ilustrasi salah satu Sekolah NetZero. (Dok: Pemprov DKI Jakarta)

Peran Aktif Sekolah

Baca Juga: Indonesia Harus Optimalkan Panas Bumi Jika Ingin Target Net Zero emission Tercapai

Menurut Nahdina, program Sekolah NetZero ini dapat sukses jika ada peran aktif serta  komitmen dari pihak sekolah. Beberapa peran aktif yang bisa dilakukan antara lain:

1.     Meminimalisir penggunaan konsumsi energi, seperti mengurangi penggunaan lampu, air dan AC;

2.     Menambah dan memelihara vegetasi untuk membuat satu iklim mikro yang lebih sejuk, sekaligus menyaring debu kotoran, sehingga kemungkinan udara kotor yang terbawa gerakan udara ventilasi alami akan dihindarkan dan tersaring;

3.     Melakukan pemeliharaan teknologi energi terbarukan yang terpasang, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Dengan melakukan Program Sekolah NetZero, maka berbagai keuntungan akan didapatkan, yaitu:

1.     Meningkatkan kualitas udara yang lebih baik di lingkungan sekolah, sehingga dapat meminimalkan penyebaran partikel dan virus yang berbahaya di dalam ruangan;

2.     Meningkatkan kenyamanan dari segi visual dan termal, sehingga dapat menciptakan suasana kondusif bagi guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar;

3.     Meningkatkan penghematan energi listrik dari PLN, sehingga dapat menurunkan biaya bulanan listrik yang harus dibayarkan ke PLN;

4.     Turut membantu dalam pengendalian iklim global melalui pengurangan emisi karbon pada sektor bangunan sekolah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI