Suara.com - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Moskow mendesak warga negara AS yang menetap di Rusia untuk segera meninggalkan negara itu.
Seperti diberitakan Antara, pengumuman itu sendiri mengacu pada dan terkait dengan apa yang diklaim sebagai kemungkinan bahwa Rusia dapat mewajibkan individu berkewarganegaraan ganda untuk menjalani dinas militer.
"Rusia dapat menolak untuk mengakui status kewarganegaraan AS yang dimiliki warga berkewarganegaraan ganda, menutup akses mereka ke bantuan konsuler AS, mencegah kepergian mereka dari Rusia, dan mewajibkan individu berkewarganegaraan ganda untuk menjalani dinas militer," sebut peringatan laman kedutaan besar itu pada Selasa (27/9).
"Warga negara AS sebaiknya tidak bepergian ke Rusia dan mereka yang tinggal di atau sedang bepergian ke Rusia sebaiknya segera meninggalkan Rusia meski opsi perjalanan komersial terbatas tetap ada," imbuh peringatan itu.
Anjuran itu datang sekitar sepekan setelah Rusia mengumumkan mobilisasi parsial di tengah konflik dengan Ukraina. Dalam upaya mobilisasi itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memanggil hingga 300.000 tentara cadangan untuk ditempatkan di Ukraina.
Putin, dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, mengatakan perintah mobilisasi berlaku untuk tentara cadangan yang baru-baru ini bertugas atau memiliki ketrampilan khusus, tetapi setiap laki-laki di Rusia yang berusia 18-65 tahun dianggap sebagai tentara cadangan, dan keputusan Putin itu membuka pintu perluasan panggilan wajib militer.
Pengumuman mobilisasi itu telah memicu eksodus dari mereka yang berusaha menghindari wajib militer.
Ribuan orang melarikan diri dengan mobil, menciptakan antrean panjang lalu lintas yang mencapai berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, di beberapa perbatasan.
Antrean panjang terlihat di persimpangan Svetogorsk antara Rusia dan Finlandia Minggu pagi (25/9).
Lainnya membeli tiket pesawat yang jumlahnya terbatas dan harganya sudah melangit agar dapat terbang ke luar negeri di tengah beredar luasnya isu tentang penutupan perbatasan.