Cecaran Anggota DPR ke Nadiem Makarim: Singgung 400 Tim Bayangan hingga 'Tangisan' Guru

Rabu, 28 September 2022 | 11:50 WIB
Cecaran Anggota DPR ke Nadiem Makarim: Singgung 400 Tim Bayangan hingga 'Tangisan' Guru
Nadiem Makarim (Instagram/Kemdikbud.RI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Anita juga mengkritik Nadiem terkait banyaknya pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru yang belum menerima gaji. Ia menyebut tak sedikit dari mereka yang menangis hingga bingung akan makan apa jika tidak ada penghasilan.

"Mengenai persoalan PPPK. Sampai hari ini pak masih banyak guru-guru yang menangis, kapan kami terima gaji, kami makan apa ini? Kami sudah lulus passing grade, sudah lulus segala macam tapi mana gaji kami mana? Kami sudah tidak bekerja lagi, anak kami mau makan apa?" kata Anita di hadapan Nadiem dikutip Selasa (27/9/2022).

Diminta Dengar Penderitaan Guru

Nadiem kemudian diminta mendengarkan penderitaan para guru yang masih tak kunjung digaji. Menurut Anita, jika Nadiem ingin dibanggakan dan diberi tepuk tangan oleh rakyat, persoalan itu harus segera diselesaikan.

"Dengar itu dong pak menteri. Itu yang harus Anda pikirkan kalau Anda mau ditepuk tangan oleh seluruh rakyat di Indonesia," ucap Anita tegas.

Sistem Pembelajaran TK dan PAUD

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi juga turut mengkritisi Nadiem Makarim. Ia menyinggung kebijakan sistem pembelajaran di TK dan PAUD.

Dede Yusuf menyampaikan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun, yakni bermain. Hal ini diketahui melalui video yang dibagikannya pada akun media sosial @dedeyusuf66.

"Mas Menteri, ini masalah soal Taman Kanak-kanak (TK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menuju sekolah dasar (SD). SD itu antara 6 sampai 7 tahun. Antara 3 sampai 5 tahun itu mestinya adalah masa-masa yang disebut golden period,” ucap Dede.

Baca Juga: Polemik Organisasi Bayangan Menteri Nadiem Makarim Bergulir

Tak hanya itu, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat juga menyoroti baca-tulis-hitung (calistung) yang diterapkan sebagai syarat masuk SD. Ia meminta Nadiem meninjau kembali kebijakan yang menurutnya lebih baik diberikan saat sekolah dasar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI