Cecaran Anggota DPR ke Nadiem Makarim: Singgung 400 Tim Bayangan hingga 'Tangisan' Guru

Rabu, 28 September 2022 | 11:50 WIB
Cecaran Anggota DPR ke Nadiem Makarim: Singgung 400 Tim Bayangan hingga 'Tangisan' Guru
Nadiem Makarim (Instagram/Kemdikbud.RI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim dicecar oleh sejumlah anggota Komisi X DPR RI, termasuk Anita Jacoba Gah. Momen ini terjadi dalam rapat kerja Komisi X dengan Mendikbudristek pada Senin (26/9/2022).

Politikus Partai Demokrat itu tidak segan menunjukkan beragam gestur kemarahannya serta berbicara dengan nada tinggi. Hal tersebut membuat Nadiem terlihat hanya diam dan menunduk.

Detik-detik Mendikbudristek Nadiem Makarim disemprot Anggota Komisi X DPR Anita Jacob Gah soal pengangkatan dan gaji PPPK. (Instagram/@tante.rempong.official)
Detik-detik Mendikbudristek Nadiem Makarim disemprot Anggota Komisi X DPR Anita Jacob Gah soal pengangkatan dan gaji PPPK. (Instagram/@tante.rempong.official)

Lantas, apa saja cecaran yang disampaikan anggota DPR kepada Nadiem Makarim? Simak informasi selengkapnya di bawah ini.

Singgung 400 Orang Tim Bayangan

Baca Juga: Polemik Organisasi Bayangan Menteri Nadiem Makarim Bergulir

Anita menyinggung 400 orang tim bayangan yang dibentuk Nadiem untuk membantu pekerjaan di Kemendikbudristek. Ia kemudian bertanya, hal positif apa yang diperoleh dari tim tersebut.

"Kami dengar di PBB anda dengan bangganya ada 400 tim bayangan," kata Anita.

"Pertanyaan saya, tim bayangan yang Anda katakan dengan bangganya di sana itu, apa dampak positif? Apa energi positifnya untuk Indonedia? Kenapa masih banyak persoalan di daerah 3T? Kenapa?" imbuhnya.

Oleh karena itu, Anita dengan tegas meminta penjelasan Nadiem terkait tim bayangan. Seperti, apa yang membuatnya perlu dibanggakan.

"Terus 400 orang tim bayangan itu apa kebanggaannya? Coba Anda jelaskan apa yang mereka lakukan sampai kita tuh harus bangga dengan Anda seperti itu pak menteri," ujarnya.

Baca Juga: Beredar Isu Bupati Anne Ratna Mustika Gugat Cerai Suami Dedi Mulyadi Diduga Ada Pihak ke Tiga, Benarkah ?

Banyak PPPK guru yang belum menerima gaji

Anita juga mengkritik Nadiem terkait banyaknya pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru yang belum menerima gaji. Ia menyebut tak sedikit dari mereka yang menangis hingga bingung akan makan apa jika tidak ada penghasilan.

"Mengenai persoalan PPPK. Sampai hari ini pak masih banyak guru-guru yang menangis, kapan kami terima gaji, kami makan apa ini? Kami sudah lulus passing grade, sudah lulus segala macam tapi mana gaji kami mana? Kami sudah tidak bekerja lagi, anak kami mau makan apa?" kata Anita di hadapan Nadiem dikutip Selasa (27/9/2022).

Diminta Dengar Penderitaan Guru

Nadiem kemudian diminta mendengarkan penderitaan para guru yang masih tak kunjung digaji. Menurut Anita, jika Nadiem ingin dibanggakan dan diberi tepuk tangan oleh rakyat, persoalan itu harus segera diselesaikan.

"Dengar itu dong pak menteri. Itu yang harus Anda pikirkan kalau Anda mau ditepuk tangan oleh seluruh rakyat di Indonesia," ucap Anita tegas.

Sistem Pembelajaran TK dan PAUD

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi juga turut mengkritisi Nadiem Makarim. Ia menyinggung kebijakan sistem pembelajaran di TK dan PAUD.

Dede Yusuf menyampaikan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun, yakni bermain. Hal ini diketahui melalui video yang dibagikannya pada akun media sosial @dedeyusuf66.

"Mas Menteri, ini masalah soal Taman Kanak-kanak (TK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menuju sekolah dasar (SD). SD itu antara 6 sampai 7 tahun. Antara 3 sampai 5 tahun itu mestinya adalah masa-masa yang disebut golden period,” ucap Dede.

Tak hanya itu, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat juga menyoroti baca-tulis-hitung (calistung) yang diterapkan sebagai syarat masuk SD. Ia meminta Nadiem meninjau kembali kebijakan yang menurutnya lebih baik diberikan saat sekolah dasar.

"Mestinya mereka bermain, mengenal dunia sosial, mengenal keluarga dan sebagainya, tapi dipaksa calistung. Karena SD-nya syaratnya itu adalah calistung,” ungkap Dede.

"Ini mohon tolong ditinjau Mas Menteri. Karena kita paham di berbagai negara itu calistung baru dikenalkan di SD,” tambahnya.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI