Suara.com - Banjir mematikan melanda wilayah Pakistan, korban tewas dilaporkan bertambah42 kematian baru selama akhir pekan kemarin. Demikian menurut para pejabat pada Senin (26/9/2022) waktu setempat.
Dengan korban terbaru, jumlah korban tewas akibat banjir bertambah menjadi 1.638 orang. Sementara itu, 12.865 lainnya terluka sejak pertengahan Juni, menurut data terbaru Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA) Pakistan.
Disitat dari laman Anadolu, sejauh ini, 824.169 rumah hancur total sementara lebih dari 1,22 juta rumah rusak sebagian di seluruh negara Asia Selatan.
Jumlah ternak yang mati selama banjir dahsyat juga meningkat menjadi 1,10 juta, menurut NDMA.
Baca Juga: Tak Cuma Uang Tunai dan Barang, Indonesia Juga Kirim Tenaga Medis Bantu Korban Bencana di Pakistan
Sejauh ini, Pakistan telah menerima 126 penerbangan bantuan kemanusiaan dari Turki, UEA, China, Rusia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Uzbekistan, Prancis, Arab Saudi, Yordania, Oman, Nepal, Turkmenistan, UNICEF, UNHCR, dan World Food Program.
Turki juga mengirim kereta bantuan lain yang membawa lebih dari 768 ton bantuan kemanusiaan pada Minggu.
Banjir yang merusak mempengaruhi jutaan orang di 84 distrik di seluruh negeri dan ribuan dari mereka tinggal di tenda-tenda.
Musim muson di Pakistan, seperti di negara-negara lain di kawasan itu, biasanya mengakibatkan hujan lebat, tetapi tahun ini merupakan yang terbasah sejak 1961.
Saat ini, sepertiga dari negara itu berada di bawah air karena hujan deras dan gletser yang mencair telah menyebabkan Sungai Indus utama negara itu meluap, membanjiri petak-petak dataran yang luas, dan pertanian.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia Kirim Bantuan 1 Juta USD untuk Korban Banjir Pakistan
Hujan dan banjir yang merusak juga telah menghanyutkan 12.716 kilometer jalanan, 374 jembatan dan bangunan di seluruh negara nuklir di Asia Selatan, yang sudah bergulat dengan gejolak politik dan ekonomi.
Lebih dari 33 juta dari sekitar 220 juta penduduk negara itu terdampak banjir yang mengamuk, menyebabkan kerugian mengejutkan lebih dari USD30 miliar dalam bentuk kerusakan pada infrastruktur yang sudah melemah.
Hampir 45 persen dari lahan pertanian negara itu telah ditutup oleh banjir, yang merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan dan semakin menambah inflasi yang sudah meroket. (Sumber: Anadolu)