Suara.com - Redaksi Narasi, media massa yang dibangun Najwa Shihab, tengah mempertimbangkan jalur hukum terkait adanya peretasan yang dialami oleh 24 krunya.
Saat ini, pihak Narasi masih membicarakannya bersama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan LBH Pers.
"Kami sedang mempertimbangkan baik-baik dan merumuskan langkah hukum apa yang paling tepat untuk menghadapi upaya peretasan maupun peretasan yang sedang dihadapi oleh teman-teman awak Narasi," kata Head of Newsroom Narasi, Laban Abraham dalam konferensi pers secara virtual, Senin (26/9/2022).
"Dalam waktu dekat kami akan memutuskan dengan teman-teman AJI, LBH Pers apa langkah hukum yang tepat yang bisa kami lakukan," katanya.
Senada dengan Laban, pengacara publik LBH Pers Ahmad Fathanah mengatakan, pihaknya tengah membantu Narasi untuk menyusun langkah hukum ke depannya.
"Baik pidana atau perdata kita lagi menyusun sama-sama terkait hal itu. Karena kan kita harus mencari tahu siapa aktornya, siapa yang berwenang dalam hal itu, bagaimana sirkulasi terkait upaya peretasan ini," ujarnya.
Polri Diminta Aktif Menyelidiki
Ketua Umum AJI Indonesia Sasmito Madrim mendesak Polri aktif menyelidiki siapa pelaku di balik penyerangan akun WhatsApp dan media sosial milik 24 kru Narasi, media massa yang didirikan oleh Najwa Shihab.
Kalau misalkan, Polri cuek bebek atas serangan peretasan tersebut, Sasmito menilai akan menguatkan kecurigaan, jika pemerintah juga memiliki keterkaitan pada serangan tersebut.
Baca Juga: 24 Awak Redaksi Narasi Diretas, AJI Indonesia Desak Polisi Proaktif Ungkap Pelaku Peretasan
"Kepolisian harus melakukan penyelidikan dan penyidikan secara tuntas kasus peretasan terhadap sekitar 24 awak redaksi Narasi. Pembiaran atas serangan kepada jurnalis dan perusahaan, akan semakin menguatkan pemerintah memiliki keterkaitan dengan serangan ini," kata Sasmito dalam konferensi pers secara virtual, Senin (26/9/2022).
Menurut Sasmito, Polri bisa langsung bergerak untuk mencari pelaku peretasan tanpa adanya pelaporan. Apalagi, ia meyakini kalau Polri bisa mencari pelaku peretasan secara cepat apabila melihat kinerja aparat penegak hukum sebelumnya.
Belum lagi kerja para penegak hukum juga didukung oleh alat-alat nan canggih sehingga memudahkan mereka untuk mencari siapa pelaku peretasan yang menyerang puluhan awak redaksi Narasi.
"Artinya dari teknologi, kapasitas aparat penegak hukum itu sudah mumpuni apalagi kalau melihat dari pengadaan alat-alat penegak hukum itu sangat mahal dan canggih," tuturnya.
24 Kru Narasi Jadi Korban Peretasan
Sebanyak 24 kru Narasi menjadi korban peretasan dengan pelaku yang belum diketahui. Head of Newsroom Narasi, Laban Abraham menyebut kalau pelaku memulai upaya peretasan sejak Jumat (23/9/2022).
Laban bercerita kalau upaya peretasan itu baru disadari pada Sabtu (24/9/2022). Di hari itu, salah seorang produser Narasi mengaku tidak bisa mengakses aplikasi pesan instan WhatsApp miliknya pada pukul 15.30 WIB.
"Dari sana diketahui bahwa peretas mengambil alih semua komunikasi atau aplikasi sehingga dia tidak bisa menggunakan lagi itu sebagai salah satu sarana komunikasi," kata Laban dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (26/9/2022).
Dua jam kemudian, dua kru di mana salah satunya berstatus sebagai manajer pemberitaan Narasi turut melaporkan adanya upaya peretasan pada aplikasi gawainya.
Bukan hanya WhatsApp, kedua kru mengaku kalau akun Telegram dan Instagramnya juga ikut masuk dalam upaya peretasan.
"Salah satu diantara akun itu bahkan sempat login di device baru," ucapnya.
Laban mengungkapkan bahwa pada akhirnya pihaknya mencoba untuk mengumumkan adanya upaya peretasan tersebut di grup internal Narasi pada Minggu (25/9/2022). Setelah pengumuman disampaikan, akhirnya terungkap kalau bukan hanya 3 tiga orang yang menjadi korban melainkan hingga 24 orang.
Pegawai yang berstatus sebagai pegawai finance di Narasi juga ikut menjadi korban peretasan.
"Tapi juga ada bagian finance, human capital, bahkan support system atau support produknya Narasi, itu mencoba ada yang mencoba diakses, mencoba diretas," ucapnya.