Suara.com - Mobilisasi atau pengerahan warga sipil secara parsial untuk bertempur di Ukraina yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin Rabu lalu (21/9/2022) memicu eksodus dari mereka yang berusaha menghindari wajib militer.
Ribuan orang melarikan diri dengan mobil, menciptakan antrean panjang lalu lintas yang mencapai berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, di beberapa perbatasan.
Antrean panjang terlihat di persimpangan Svetogorsk antara Rusia dan Finlandia Minggu pagi (25/9).
Lainnya membeli tiket pesawat yang sangat jarang ada, dan kalaupun ada harganya sudah melangit, supaya dapat terbang ke luar negeri di tengah beredar luasnya isu tentang penutupan perbatasan.
Baca Juga: Ancaman Nuklir Putin Dan Penyesalan Fisikawan Pembuat Bom Atom Hiroshima-Nagasaki
Putin, dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, mengatakan perintah mobilisasi berlaku untuk tentara cadangan yang baru-baru ini bertugas atau memiliki ketrampilan khusus, tetapi setiap laki-laki di Rusia yang berusia 18-65 tahun dianggap sebagai tentara cadangan, dan keputusan Putin itu membuka pintu perluasan panggilan wajib militer.
Kremlin mengatakan tujuan awal mobilisasi itu adalah menambah sekitar 300.000 tentara ke dalam pasukannya di Ukraina di tengah keterbatasan perlengkapan militer, meningkatnya korban dan melemahnya moral tentara Rusia. Pengerahan tentara cadangan itu menjatuhkan hukuman yang lebih berat terhadap tentara Rusia yang tidak mematuhi perintah perwira, atau meninggalkan pasukan dan menyerah pada musuh.
Putin menandatangani langkah-langkah pengerahan parsial itu menjadi undang-undang pada hari Sabtu (24/9). (Sumber: VOA)